Ancaman COVID-19 yang mewabah secara global sejak akhir tahun lalu, dan sedang mengalami masa “pertumbuhan” nya selama di Indonesia. Semua menjadi WFH (Work From Home) dan #dirumahaja , kantor-kantor dirumahkan, kelas dan kuliah di online kan, tugas paper menumpuk tidak karuan, UTS dan UAS Online, timeline kuliah yang harus segera diselesaikan hingga akhir April, dan KKN menjadi Online? Yang terakhir menjadi sangat menarik. Kuliah Kerja (tidak) Nyata?
DPkM UGM resmi mengeluarkan surat keputusan terkait KKN-PPM UGM 2020 Periode 2 dengan format non-penerjunan, walaupun blm ada detail-detail teknis didalamnya. Setidaknya menjadi sebuah momen penting dimana tahun 2020 KKN mungkin pertama kali dilaksanakan dalam bentuk Daring / Online.
Banyak dari mahasiswa mengapresiasi langkah pasti DPkM terkait keputusan ini, mereka sejak awal enggan digantungkan. Bagaimana nasib calon mitra jika belum ada kepastian. Sayangnya, narasi mitra-sponsor-proposal begitu kuat dibenak para mahasiswa. Mungkin mereka lupa, calon mitra-mitra juga sedang berjuang untuk beradaptasi dengan pola kerja baru. Mungkin mereka lupa, calon mitra yang potensial untuk dananya di optimalisasi ternyata juga berjuang dengan kondisi perekonomian. Harga tukar rupiah yang melemah, pegawai dan buruh yang kerjanya sedikit terhambat, dan supply-demand pasar yang begitu tidak karuan, pengalihan dana ke banyak kegiatan untuk menghambat COVID-19 dan membantu banyak orang yang lebih membutuhkan, ya anak ekonomi mungkin lebih paham.
Setelah surat semalam keluar, muncul wacana baru terkait kekecewaan perihal KKN Online. Banyak juga dari teman-teman yang begitu antusias dengan program KKN. Kapan lagi niat baik dapat bersatu padu dengan pengalaman baru: pengabdian dan kunjungan di lokasi nun-jauh. Banyak (sekali) yang telah mempersiapkan program ini. Ada yang sejak KKN tahun lalu ditarik, bergegas berkomunikasi dan mempersiapkan banyak hal. Koordinasi mitra daerah, membentuk tim, rapat-rapat. Berapa waktu yang mereka persembahkan untuk persiapan itu? Mereka pantas untuk diterjunkan, dengan niat-niat baik yang terus mereka jaga. Tapi apakah benar penerjunan menjadi hal yang mendesak?
Kita semua dapat mengakses segala hal tentang COVID-19 dengan mudah. Bagaimana proyeksi timeline masa puncak dan kapan mulai mereda, bagaimana setiap orang dapat menularkan ke sekian orang lain sehingga muncullah social/physical distancing yang saat ini kita sedang sama-sama lakukan. Seberapa mendesak niat baik itu, sehingga kita tidak lebih mementingkannya perihal kesehatan masyarakat di kampung yang akan kita tuju? Potensi menjadi carrier, menyebarkan virus ke daerah yang rumah sakit nya saja tidak ada. Semoga wabah ini segera mereda, tidak ada yang tidak mengaminkan ini, namun mereda bukan berarti selesai bukan? Mereda berarti kecenderungan pasien akan terus menurun, kapasitas rumah sakit rujukan menjadi lebih tinggi dari total pasien, tapi adakah informasi yang mengatakan bahwa virus itu sepenuhnya akan hilang dari muka bumi?
Percayalah, saya menjadi orang yang mempersiapkan KKN ini sejak akhir tahun 2018 (dua-nol-satu-delapan). Kala itu kuinisiasi lokasi yang baru pertama kali didatangi oleh KKN manapun. Kami memperjuangkan banyak hal, setiap minggu berkumpul, beradu pendapat yang kala itu kami juga tidak paham apa-apa, mengumpulkan uang untuk melaksanakan survey di awal 2019, mendatangi lokasinya langsung dan bertemu dengan realitas mereka yang tidak menikmati akses listrik dan sinyal telepon/internet seperti yang kita punya. Dan ternyata memasuki semester genap 2019, administrasi kuliahku tidak memungkinkan untuk dapat mengikuti KKN. Kecewa? Sangat. Semesterku kala itu berakhir dengan keputus-asaan. Film-film Marvel menjadi pelampiasanku hingga akhir semester (malah curhat ahaha). Kujalani semester itu dengan biasa saja, sambil mengelus dada berharap tahun depannya mungkin akan lebih siap, dengan tim yang harus lebih siap, konsep yang telah lebih matang sebab akses informasi yang dibuka oleh tim KKN 2019.
September 2019 mulai kupersiapkan kerja-kerja yang tahun lalu sempat tertunda. Tim awal berhasil berkumpul, abstraksi yang terus kami kontruksi, dan nilai-nilai utama yang terus berkelindan di kepala. Februari 2020 kami resmi ber-26 orang, mengusung visi tentang pengabdian yang konstekstual, dan mengembangkan tujuan menjadi tema tentang Ketahanan Masyarakat di Pulau Kecil sana. Proposal kami siap, banyak calon mitra telah menerima proposal kami. Tim siap berkomunikasi dengan daerah, mencoba mengkontekstualisasi konsep-konsep kami dengan masalah nyata yang ada disana. Sedikit lagi, hingga tiba-lah kabar semalam.
Jadi jika kalian kecewa, saya harusnya bagaimana?
Saya tidak akan menghakimi wacana-wacana diatas. Saya menawarkan wacana alternatif yang lebih mendesak untuk kita fikirkan bersama. Fokus terkait format KKN Online yang akan kita jalani. Bukankah kita yang akan melakukan Kuliah Kerja Maya (KKM) ini, apakah kalian ingin ikut ambil bagian dalam memformat bersama KKM ini? Jika iya, mari kita fokus pada wacana ini. Berdiskusi dengan DPkM apa yang harusnya bisa kita kerjakan bersama.
Panjang Umur Niat Baik.
IKKI
(Masih) Mahasiswa
Yang 2018 gagal mendaki Puncak Mandala padahal sudah cuti kuliah, sebab tidak dijinkan warlok;
Yang 2019 gagal KKN padahal sudah mendatangi lokasi untuk survei, sebab dihambat administrasi kuliah;
Yang 2020 (kembali) gagal KKN (penerjunan) padahal ya gitu deh, sebab COVID-19.
DPkM UGM resmi mengeluarkan surat keputusan terkait KKN-PPM UGM 2020 Periode 2 dengan format non-penerjunan, walaupun blm ada detail-detail teknis didalamnya. Setidaknya menjadi sebuah momen penting dimana tahun 2020 KKN mungkin pertama kali dilaksanakan dalam bentuk Daring / Online.
Banyak dari mahasiswa mengapresiasi langkah pasti DPkM terkait keputusan ini, mereka sejak awal enggan digantungkan. Bagaimana nasib calon mitra jika belum ada kepastian. Sayangnya, narasi mitra-sponsor-proposal begitu kuat dibenak para mahasiswa. Mungkin mereka lupa, calon mitra-mitra juga sedang berjuang untuk beradaptasi dengan pola kerja baru. Mungkin mereka lupa, calon mitra yang potensial untuk dananya di optimalisasi ternyata juga berjuang dengan kondisi perekonomian. Harga tukar rupiah yang melemah, pegawai dan buruh yang kerjanya sedikit terhambat, dan supply-demand pasar yang begitu tidak karuan, pengalihan dana ke banyak kegiatan untuk menghambat COVID-19 dan membantu banyak orang yang lebih membutuhkan, ya anak ekonomi mungkin lebih paham.
Setelah surat semalam keluar, muncul wacana baru terkait kekecewaan perihal KKN Online. Banyak juga dari teman-teman yang begitu antusias dengan program KKN. Kapan lagi niat baik dapat bersatu padu dengan pengalaman baru: pengabdian dan kunjungan di lokasi nun-jauh. Banyak (sekali) yang telah mempersiapkan program ini. Ada yang sejak KKN tahun lalu ditarik, bergegas berkomunikasi dan mempersiapkan banyak hal. Koordinasi mitra daerah, membentuk tim, rapat-rapat. Berapa waktu yang mereka persembahkan untuk persiapan itu? Mereka pantas untuk diterjunkan, dengan niat-niat baik yang terus mereka jaga. Tapi apakah benar penerjunan menjadi hal yang mendesak?
Kita semua dapat mengakses segala hal tentang COVID-19 dengan mudah. Bagaimana proyeksi timeline masa puncak dan kapan mulai mereda, bagaimana setiap orang dapat menularkan ke sekian orang lain sehingga muncullah social/physical distancing yang saat ini kita sedang sama-sama lakukan. Seberapa mendesak niat baik itu, sehingga kita tidak lebih mementingkannya perihal kesehatan masyarakat di kampung yang akan kita tuju? Potensi menjadi carrier, menyebarkan virus ke daerah yang rumah sakit nya saja tidak ada. Semoga wabah ini segera mereda, tidak ada yang tidak mengaminkan ini, namun mereda bukan berarti selesai bukan? Mereda berarti kecenderungan pasien akan terus menurun, kapasitas rumah sakit rujukan menjadi lebih tinggi dari total pasien, tapi adakah informasi yang mengatakan bahwa virus itu sepenuhnya akan hilang dari muka bumi?
Percayalah, saya menjadi orang yang mempersiapkan KKN ini sejak akhir tahun 2018 (dua-nol-satu-delapan). Kala itu kuinisiasi lokasi yang baru pertama kali didatangi oleh KKN manapun. Kami memperjuangkan banyak hal, setiap minggu berkumpul, beradu pendapat yang kala itu kami juga tidak paham apa-apa, mengumpulkan uang untuk melaksanakan survey di awal 2019, mendatangi lokasinya langsung dan bertemu dengan realitas mereka yang tidak menikmati akses listrik dan sinyal telepon/internet seperti yang kita punya. Dan ternyata memasuki semester genap 2019, administrasi kuliahku tidak memungkinkan untuk dapat mengikuti KKN. Kecewa? Sangat. Semesterku kala itu berakhir dengan keputus-asaan. Film-film Marvel menjadi pelampiasanku hingga akhir semester (malah curhat ahaha). Kujalani semester itu dengan biasa saja, sambil mengelus dada berharap tahun depannya mungkin akan lebih siap, dengan tim yang harus lebih siap, konsep yang telah lebih matang sebab akses informasi yang dibuka oleh tim KKN 2019.
September 2019 mulai kupersiapkan kerja-kerja yang tahun lalu sempat tertunda. Tim awal berhasil berkumpul, abstraksi yang terus kami kontruksi, dan nilai-nilai utama yang terus berkelindan di kepala. Februari 2020 kami resmi ber-26 orang, mengusung visi tentang pengabdian yang konstekstual, dan mengembangkan tujuan menjadi tema tentang Ketahanan Masyarakat di Pulau Kecil sana. Proposal kami siap, banyak calon mitra telah menerima proposal kami. Tim siap berkomunikasi dengan daerah, mencoba mengkontekstualisasi konsep-konsep kami dengan masalah nyata yang ada disana. Sedikit lagi, hingga tiba-lah kabar semalam.
Jadi jika kalian kecewa, saya harusnya bagaimana?
Saya tidak akan menghakimi wacana-wacana diatas. Saya menawarkan wacana alternatif yang lebih mendesak untuk kita fikirkan bersama. Fokus terkait format KKN Online yang akan kita jalani. Bukankah kita yang akan melakukan Kuliah Kerja Maya (KKM) ini, apakah kalian ingin ikut ambil bagian dalam memformat bersama KKM ini? Jika iya, mari kita fokus pada wacana ini. Berdiskusi dengan DPkM apa yang harusnya bisa kita kerjakan bersama.
Panjang Umur Niat Baik.
IKKI
(Masih) Mahasiswa
Yang 2018 gagal mendaki Puncak Mandala padahal sudah cuti kuliah, sebab tidak dijinkan warlok;
Yang 2019 gagal KKN padahal sudah mendatangi lokasi untuk survei, sebab dihambat administrasi kuliah;
Yang 2020 (kembali) gagal KKN (penerjunan) padahal ya gitu deh, sebab COVID-19.