Ayah,
Ibu,
Sekarang hari jumat, 25 Maret 2016, bertepatan dengan libur paskah tahun ini. Kalian tau, baru saja kami mencoba membuat kapurung. Dengan semua ke soktahuan kami akhir berakhir tragis.
Gagal Total.
Ayah, Ibu, tahun ini, 2016, hampir 5 tahun kalian melepasku untuk merantau. Seperti kata leluhur kita, merantau adalah sebuah prinsip hidup. Merantau adalah perjalanan untuk kembali pulang. Benar kata orang, ditanah rantau-lah seorang akan lebih mengenal budayanya sendiri.
Ayah, Ibu, maaafkan anakmu yang selama lima tahun ini jarang memberikan kabar gembira melalui telepon genggang. Maafkan anakmu yang ketika waktu liburan tiba, memilih untuk tidak kembali ke rumah. Maafkan anakmu yang jika kembali ketika liburan, hanya pergi ke entah kemana tak menghabiskan waktu dirumah bersama kalian. Maafkan anakmu, yang jika dirumah hanya tidur seperti kerbau kesurupan dengan ribut suara ngoroknya.
Ayah, Ibu, 3 tahun kalian melepasku untuk merantau di sebuah SMA Negeri yang entah bagaimana kabarnya sekarang. Anakmu belum memberikan apa-apa selama 3 tahun itu. Sebuah kebanggaankah buat kalian ketika anakmu ternyata diterima tanpa harus mengikuti tes tertulis di perguruan tinggi terbaik negeri ini? Anakmu ini merasa senang jika kalian merasa bangga, namun tentu saja bukan sampai disitu tugasku untuk membanggakan kalian.
Ayah, Ibu, kalian tahu? Sekarang anakmu sedang menempuh semester 4 di sebuah kampus ternama negeri ini yang terletak di Jogjakarta, kota Relawan. Relawan yah, bu, sebuah kata yang sangat membayangiku akhir-akhir ini. Anakmu ingin sekali membantu orang lain yang sedang dalam kesusahan. Anakmu tidak tahu bagaimana definisi membantu sesungguhnya. Anakmu mendefinisikan kata membantu yang berarti langsung memberikan bantuan kepada orang lain disaat mereka
memang sedang membutuhkan. Itulah anakmu sekarang, tanpa mempedulikan dirinya sendiri terus ingin membantu orang lain.
Ayah, Ibu, tahukah kalian bahwa jurusanku saat ini sangat jauh dari sifat anakmu?
Apakah nilai yang jelek yang membuatku merasa jurusan ini tidak cocok dengan ku?
Apakah teman-teman yang menganggapku negatif dimata mereka sehingga anakmu selalu merasa tertekan didekat mereka dan malah lebih ingin pergi menjauh?
Apakah ilmu yang ku pelajari hanya sebatas teori? Tanpa aplikasi langsung di lapangan dalam arti yang sebenarnya?
Benar yah, bu, anakmu bukan seorang yang hanya suka terkungkung di sebuah kelas dengan segala macam teori tak jelas. Anakmu suka teori, namun lebih suka mempraktikan teori-teori itu dilapangan, disekitar orang banyak, bukan tak diketahui orang.
Ayah, Ibu, anak sungguh terperangkap dalam sebuah lingkaran cinta.
Cinta kepada organisasinya, tanpa mempedulikan dirinya sendiri bahkan keluarganya yang datang ke sini bertamu. Kata Maaf teruntuk keluarga-keluargaku yang telah berkunjung ke Jogja dan mendapat kesan yang tidak menyenangkan dariku.
Kepada sepupuku Dinda, yang ketika di Jogja hanya ditemani di sedikit tempat wisata dan tidak pernah ingin menemani ke tempat-tempat yang memang sepupumu tidak tahu.
Kepada tante Lina dan Om Yaya, yang memang waktu itu sedikit menjengkelkan namun maaf karena keponakanmu belum bisa melayani kalian dengan baik.
Kepada tante Nanna, yang seperti biasanya sangat baik kepada keponakannya namun maaf karena minggu lalu memang minggu yang cukup sulit bagi keponakanmu, walaupun sampai sekarang memang masih sulit.
Kepada adekku Apis yang menginap 1 minggu di Jogja, maaf dek kakakmu sedang sibuk dan tidak mau mengurusimu karena kakakmu juga tidak tau apa sebenarnya maumu.
Kepada Kakakku teman seperjuangan di Jogja, kakak Winni, maaf atas semua ego dan marah-marah yang sering adikmu berikan kepadamu.
Ayah, Ibu, maafkan anakmu yang ketika kalian berada di Jogja hanya beberapa hari, tidak memprioritaskan kalian dan hanya bertemu beberapa kali.
Cinta, yah, bu.
Setidaknya ada dua cerita cinta yang gagal dalam ceritaku dalam 2 tahun terakhir ini. Dan ketika sebuah cerita berhasil diakhiri, anakmu kembali lagi ke lingkaran yang sama. Terus berulang, tanpa ada penyelesaian masalah.
Kalian ingat ketika aku menangis di semester awalku sekitar 1,5 tahun yang lalu? Saat itu anakmu menangis untuk bisa diijinkan mengikuti ektrakulikuler pecinta alam jurusanku. Kalian sangat sayang kepadaku, yang awalnya mencoba meyakinkanku untuk tidak mengikutinya karena takut akademikku keteteran. Tapi karena kalian tidak kuasa mendengar tangisku diujung sana, kalian akhirnya memperbolehkanku. Sekarang, entahlah aku tidak aktif lagi di organisasi itu karena sedikit kecewa dan mereka juga kecewa terhadapku karena event terakhir yang mereka laksanakan aku kabur tanpa memberi penjelasan apa-apa.
Kemudian ditahun pertamaku kuliah juga, anakmu masuk Unit Kegiatan Mahasiswa yang bergerak di bidang sosio-medis. Anakmu menemukan rumah barunya disana, teman-teman baru, dan tentu saja ketertarikan yang sama yang sedang ada dibayang-bayang anak-anakmu saat ini, Volunteering.
Pagi ini harusnya anakmu ada di sebuah ruangan yang sedang menjalani pelatihan tanggap bencana, tapi karena anakmu selalu menghindari sesuatu karena beralasan sedang menghadapi banyak masalah yang entahlah sebenarnya betulan masalah atau tidak, anakmu memutuskan untuk tidak berangkat.
Cinta, yah, bu.
Disini semua gelora cintaku di kobarkan. Disebuah organisasi paguyuban provinsi kita. Mereka yang memberikan anakmu selamat datang ketika pertama kali masuk ke universitas ini. Anakmu menemukan keluarga sebenarnya disini, walaupun sering dikecewakan. Setidaknya anakmu belajar banyak hal disini. Cinta ya? Saat ini anakmu merasa satu-satunya prioritasnya adalah organisasi (red: keluarga) ini. Yah, bu, setidaknya ada beberapa alasan mengapa anakmu semester ini banyak menolak sebuah kesempatan yang bisa jadi hanya diberikan sekali. Anakmu menolaknya, karena yang pertama merasa akademiknya sedang terganggu, kedua karena katanya sedang punya tanggung jawab di organisasi ini yang cukup membuat anakmu bingung juga mau diapakan organisasi ini sebenarnya karena kami masih bayi yang prematur, dan alasan yang terakhir adalah anakmu merasa selalu dalam masalah yang dia pikir terulang dan tak pernah ketemu jawabannya.
Ayah, Ibu, anak mu lari dari tanggung jawab tersebut.
Ketika semalam ibu menelponku, dan anakmu sedikit menceritakan permasalahannya. Kalian malah memberikanku jawaban yang bijaksana namun sangat mengecewakanku sebetulnya. Kalian selalu memberitahukanku bahwa jangan pernah memikirkan masalah biaya. Anakmu malah merasa kalau untuk tidak memikirkan kalian (biaya) berarti tidak ada beban yang harus kupikul, membuat anakmu berleha-leha saja. Laksanakan saja apa tugasku dan cari sendiri solusi yang kira-kira yang tepat. Anakmu sedang mencari, tapi tapi dan tapi. Anakmu bingung harus mencari kemana. Anakmu tak punya tujuan sekarang. Sangat mengecewakan kalian bukan? Maaf yah, bu.
Ayah, Ibu, barapa banyak lagi rupiah yang kalian harus keluarkan hanya untuk membiayai uang kuliah dan biaya hidup seonggok daging yang hanya mempunyai nama ini?
Ayah, Ibu, anakmu ingin berbakti kepadamu. Berbakti pada Negerinya, berbakti pada Agamanya, dan orang-orang disekitarnya.
Namun bagaimana mungkin anakmu dapat berbakti sedangkan masalah diri sendiri tidak bisa diselesaikan?
Ayah, Ibu, kalian tahu? Sekarang adalah hari sabtu dan senin 2 hari lagi adalah UTS pertamaku semester ini. Anakmu belum pernah belajar selama semester ini, apalagi matakuliah yang diujiankan senin besok. Terlebih dosennya yang hanya guya-guyu tak jelas ketika mengajar. Alhasil cuma hari minggu besok anakmu harus belajar, doakan anakmu agar bisa belajar di hari minggu esok.
Ayah, Ibu, sejujurnya anakmu selalu menyalahkan kalian. Menyalahkan karena menganggap cara mendidik yang kurang tepat. Mungkin anakmu hanya selalu membandingkan dirinya dengan anak lain yang menurut anakmu cara orangtua mereka sangat baik. Tapi nasi telah menjadi bubur yah, bu. Penyesalan tak ada artinya.
Inilah semua keluh kesah yang anakmu sedang alami. Kalau boleh jujur, seandainya kita orang kaya, anakmu ingin kembali terbang ke rumah dan pulang, seperti semester lalu.
Namun, entahlah apa yang sebaiknya anakmu lakukan sekarang? Kemana anakmu harus pergi?
Regards,
Ahmad Fikri
Anakmu yang setiap detik hatinya menangis.
Anakmu yang sekarang memilih untuk tidak melakukan apa-apa dan melampiaskan emosinya ke hal-hal negatif.
10.22 WIB,
Sabtu, 26 Maret 2016