Huuuwaaaaaa, postingan terakhir kemarin aku tulis setelah
menikmati lesehan aldan yang menurutku tidak murah. Kali ini aku berada di
pinggiran jalan kota Pangkajene, disebuah Indomaret Plus yang barang-barang
yang dijualnya cukup lengkap namun ada yang kurang, Wi-Fi. Berbeda dengan
Jogja, sepertinya idm disini memang jarang dikunjungi anak-anak yang ingin
mencari wifi sambil mengerjakan tugas, mana ada orang sini yang mengerjakan
tugas (?).
Terlebih dulu, harus kalian tahu mengapa aku ada disini
padahal sekitar 16 hari yang lalu ketika postingan terkahir di unggah, aku baru
saja memulai Ujian Tengah Semester.
Minggu pertama ujian, aku jalani dengan sepenuh hati,
seperti ujian-ujian biasanya. Setidaknya tiap hari selama lima hari ada 1 mata ujian.
Ini berkat surprise kemarin. Minggu pertama selesai dengan tidak buruk tapi
cukup buruk wqqwq. Aku rasa, berakhir buruk sih. Soalnya di semester 2 dan 3
aku juga mengalami hal yang sama, menganggap apa yang aku jawab adalah sesuatu
yang setidaknya meyakinkan, namun ternyata, entahlah, mendapatkan nilai yang
sangat tidak memuaskan.
Minggu kedua adalah mata ujian yang paling neraka menurutku,
walaupun tersisa 3 mata ujian. Tiga hari aku libur sebelum hari selasa memulai
ujian di minggu kedua. Sabu Minggu Senin. Susah sekali kawan, untuk bisa
mencoba belajar di hari Sabtu Minggu, dan akhirnya kau baru bisa belajar di
hari Senin, itupun masih kurang maksimal.
Aku tak tau, mengapa di minggu kedua semangat ku menurun.
Aku yakin, pikiran itu yang menghantui. Memasuki minggu kedua, semangatku
memang turun terlebih lagi pikirin untuk pindah jurusan semakin deras terbayang
dikepalaku. Aku butuh semangat lagi kawan, aku mencoba mencari itu dari 3 orang
wanita yang kuanggap adikku, tapi percuma 2 dari mereka hanya mendengarkan.
Mereka tak sanggup memotivasiku.
Aku mencari orang lain lagi untuk ditemani bercerita.
Ceritaku lepas, ketika aku luapkan semuanya ke seniorku dalam organisasi dan
juga berasal dari daerah yang sama. Tidak hanya itu, keesokan harinya aku juga
bertanya kepada yang lebih senior yang sedang menjalani kuliah Strata-2 nya,
pandangan yang berbeda yang dia berikan. Aku mencari itu, mencari opini-opini
mereka, mencari pandangan-pandangan mereka, mencari tujuan-tujuan mereka,
mencari aksi-aksi awal mereka, terhadap masa depan.
Aku menangkap apa yang mereka berikan kepadaku, mengerti
pandangan mereka terhadap masa depan.
Ujian Tengah Semester berakhir, dengan menggunakan kereta
api dari stasiun Lempuyangan menuju stasiun Gubeng Surabaya, aku mempunyai
beberapa misi penting kali itu. Hari Kamis minggu lalu, dengan dijemput teman
kelasku 3 tahun di SMA dulu, aku diinapkan di sebuah asrama mahasiswa yayasan
SMA ku. Malam itu aku melanjutkan misiku, ingin menceritakan apa yang aku
pikirkan kepada beberapa teman SMA. Hmm, malam itu aku kembali kecewa walaupun
cukup legah karena 2 orang teman SMA yang tidak sekelas denganku hanya berhasil
mendengar ceritaku, tapi tak apalah walaupun tidak ada feedback.
Panas sekali Surabyaa malam itu, memang sih Surabaya itu 24
jam panas. Aku tertidur sekitar pukul 12 malam dan keesokan paginya segera
bersiap-siap berangkat ke ITS, tujuan selanjutnya. Menggunakan mobil pickup VW
temanku, cukup seru juga karena ukuran mobil yang besar dan kami selalu diliati
oleh orang-orang yang lewat, tapi sumpah seruuuu sekaliii.
Di ITS, setidaknya aku kembali bertemu 3 orang temanku. 2
teman SMA, dan 1 teman SMP. Aku kembali bercerita, dan aku banyak mendapatkan masukan
dari mereka.
Satu hal yang aku garis bawahi, kata Fatih “ALLAH tuh kangen sama
kamu ki, melenceng dikit aja disentil kan?”. Benar kawan, seperti yang aku
ceritakan ke dia sebelumnya, banyak hal yang berubah dariku semenjak kuliah.
Sholat jumat di Mesijd Kampus ITS, apalah nama mesjidnya
lupa, tapi kembali pribadi ini mendapatkan sedikit ilmu. “ Sebelum hak kita mau
dipenuhi, hak ALLAH juga harus dipenuhi”.
Sholat Jumat selesai, aku menghubungi wanita yang selama ini
aku anggap seperti adikku sendiri, Ditha. Kami kemudian berangkat ke asrama
IKAMI SULSEL Surabaya setelah menghabiskan sop buah yang kami singgahi di
jalan. Setidaknya di asrama IKAMI-lah hidupku didominasi selama di Surabaya. 30
jam dari total 3 malam 2 hari yang aku habiskan di sana. Bertemu dengan orang
–orang sinting yang luar biasa seperti Arief, Alam, Koji, kak Rira, kak Ekky, Uthe
dan lain-lain dalam seharian saja sudah membuktikan betapa terbukanya orang Sulsel.
Malam pertama aku habiskan bermain domino yang ternyata
tidak aku mengerti. Hebat sekali mereka yang bisa menebak kartu ku dan kartu
yang lain, sepertinya harus ada kelas tersendiri untuk belajar bermain domino. Jujur,
ingin rasanya cepat-cepat pulang karena terlalu lama jongkok. Tapi teman
pulangku sudah tertidur, dan langit Surabaya malam itu sedang hujan. Aku
bermalam di sana.
Terbangun pukul 03.00 , dan kusadari aku tidur sendirian
tanpa siapapun, segera kulaksanakan panggilan Tuhan yang sangat jarang
kulakukan, setidaknya membuatku sedikit tenang, benar ALLAH rindu kepadaku. Aku
kembali tertidur setelah melaksanakan sholat Subuh di asrama karena ternyata
gembok pagar terkunci, dan terbangun pukul setengah 8 dan langsung menuju
toilet untuk mandi pagi.
Semalaman di asrama belum sempat aku bercerita, pagi ini
misiku selanjutnya menceritakan semuanya kepada Ditha. Kami saling
bercerita,bertukar pandangan, walaupun dia belum pernah berada di posisiku,
tapi setidaknya itu yang kubutuh, didengarkan dan diberi semangat. Sesi sharing
selesai, kami kembali ke asrama dan ternyata Koji yang sebelumya baru saja
datang, sedang tertidur pulas. Uthe tiba bersama kak Rira yang mebawa kamera
bekas yang dibelinya sangat murah, sumpret murah banget. Uthe, terlambat
kusadari ternyata dia orang Pangkep, hmm gaya bicaranya tidak terlalu aku
perhatikan tapi setelah aku tahu kalau dia orang Pangkep, baru aku sadar benar
juga logatnya menunjukkan dia orang Pangkep.
Sesi sharing bersama Uthe cukup alot, orientasi kami yang
berbeda yang menyebabkan perbedaaan pendapat, namun cukup dengan pengalaman
yang telah kujalani mampu membuatnya mau mendengar dan mengerti apa yang
kuinginkan. Uthe pulang dan baru tiba lagi ketika malam sebelum aku di jemput.
Sesi sore harinya diisi oleh kak Rira yang menurutku aku
juga perlu bercerita dengannya. Pengalaman yang telah banyak dijalaninya,
setidaknya membuatnya sangat terbuka akan ceritaku. Banyak hal yang aku
dapatkan tentunya. Sharing selesai ketika kak Rira mengingatkan ku untuk
menunaikan sholat Magrib, hehe. Padahal sedang seru-serunya.
Malam itu malam minggu, anak-anak IKAMI SURABAYA berusaha
memanggil-manggil anggota lain yang sekiranya bisa ikut bercengkrama malam itu.
Sayang, sesi ku di IKAMI selesai. Tujuan utamaku ke Surabaya aku tebus malam
itu, malam terakhirku.
Bertemu Kak Bayu, kakak Iparku yang bekerja di Surabaya,
adalah tujuan utamaku berangkat. Setelah dijemput dan berkeliling Surabaya
untuk membeli oleh-oleh dan tiket pulang untuk hari esok, kami akhirnya sampai ke
kosannya yang cukup jauh dari metropolitan Surabaya. Awalnya, masih hening
suasana kamarnya karena aku tak kunjung juga ku memulai bercerita. Karena
kupikir inilah salah satu tujuan utama ku kesini, maka kuputuskan memulai ceritaku.
Posisi ku terdesak, ternyata kak Bayu dalam posisi ingin
meyakinkanku untuk tetap bertahan. Aku pikir, sulit bagiku bercerita dan
mengeluarkan segalanya jika aku dalam keadaan seperti itu. Oke, setidaknya ada
kesimpulan yang kudapatkan walaupun akhirnya aku juga tidak melaksanakan saran
tersebut.
Kudapati diriku menyendiri sepagi itu di pelataran depan
stasiun kereta api Gubeng Surabaya, banyak hal yang kuhayalkan. Keretaku mulai
bergerak kembali menuju Jogja tepat pukul 8.15. Kupikir perjalanan 5 jam ku
kembali ke kota budaya sama saja dengan perjalanan sebelumnya, tanpa teman
ngobrol. Aku habiskan saja dengan tidur. Aku kembali ke Jogja hari itu. Namun
tepat esok harinya, aku berada disini, kembali ke kampungku untuk menenangkan
diri. Hingga detik ini.