Haha, isunya mulai mendingin. Disaat besok harusnya saya sedang mempersiapkan formasi bersama teman-teman mahasiswa baru yang berjumlah 9ribuan orang.
Saat itu saya sedang dirumah sakit swasta menemani ibu yang telah dioperasi ketika berita tentang kudeta Turki dan tuduhan Presiden Turki kepada tokoh spiritual yang menginspirasi banyak orang dalam Gerakan Hizmet nya (kemudian kita sebut saja GH).
Seperti cerita panjang yang sebelumnya telah saya tulis, GH adalah sebuah gerakan yang terinspirasi dari seorang ulama dunia M Fethullah Gulen. Tersebar diberbagai negara, sekitar lebih dari 120 negara, dan pro-aktif dalam bidang pendidikan, sosial dan kemanusiaan. Tanpa ada niatan politik.
Di Indonesia, pernah berdiri LSM yang dapat dikatakan sebagai perpanjangan tangan dari GH khusus untuk wilayah Asia-Pasifik, namanya PASIAD.
PASIAD mulai ada di Indonesia sejak sekitar tahun 1995 dan memulai bekerja sama dengan yayasan lokal membangun dan membesarkan berbagai sekolah berprestasi nasional maupun internasional. Bahkan pada zamannya, PASIAD dikenal oleh siswa-siswa SD dan SMP seluruh Indonesia dengan kompetisi matematikanya yaitu Kompetisi Matematika PASIAD (KMP) yang para juaranya difasilitasi untuk bersekolah dan menuntut ilmu yang lebih di sekolah-sekolah PASIAD.
Namun, pada akhir tahun 2015 akhirnya PASIAD sudah tidak beroperasi lagi di Indonesia entah karena alasan apa (saya kurang mengikuti betul), dan kemudian kerjasamanya dialihkan ke yayasan yang berdomisili di Australia.
PASIAD bagi kami tidak hilang, Alumninya telah tersebar ke seluruh pelosok negeri bahkan dunia. Membagi inspirasi-inspirasi kecil yang berdampak besar, seperti yang guru-guru kami sering ajarkan.
Akhir bulan Juli kemarin, ketika Keduataan Besar Republik Turki mempublikasikan dugaan teroris kepada sekolah-sekolah yang pernah diasuh oleh PASIAD, disitulah puncak nadir kami sebagai alumni habis.
Ketika masyarakat Indonesia yang menelan mentah-mentah berita di media mulai bertanya-tanya dan beropini mengenai siapakah sebenarnya Gulen itu, kedubes Turki kemudian blunder karena me-release surat tentang sekolah-sekolah yang membesarkan kami.
Mungkin sebelumnya kami hanya meluruskan opini-opini publik mengenai siapa itu Gulen kepada orang-orang yang disekitar kami saja, namun berkat propaganda kedubes Turki tersebut kami merasa perlu untuk meluruskan opini-opini yang diberikan kepada masyarakat Indonesia secara masif.
Meluruskan opini-opini mengenai bagaimana aktivitas 'mantan' sekolah kami, bagaimana akhlak 'mantan' guru-guru (tidak ada namanya mantan guru) kami, bagaimana prestasi 'mantan' sekolah kami, dan bagaimana dimana, dan apa yang kami lakukan sekarang.
Meluruskan opini masyarakat tentang 'mantan' sekolah kami berarti meluruskan opini mengenai apa itu PASIAD, meluruskan opini mengenai siapa itu Gulen sebenarnya. Semoga niat baik kami, tetap dan selamanya akan baik.
Kesalahan Kedubes Turki semoga bisa menjadi celah bagi kita, para alumni sekolah PASIAD untuk bisa meluruskan pandangan jelek publik mengenai PASIAD, Hizmet dan Gulen.
Karena benih yang ditanam pada benak kita ketika masih di sekolah, harus tumbuh dan disiram terus.
NB:
Buat para alumni, mungkin berawal dari tulisan kecil kita, diskusi kecil kita dan kebaikan-kebaikan kecil kita kepada orang lain bisa meyakinkan bahwa kita bukanlah benih-benih teroris.
Buat para alumni, mungkin berawal dari tulisan kecil kita, diskusi kecil kita dan kebaikan-kebaikan kecil kita kepada orang lain bisa meyakinkan bahwa kita bukanlah benih-benih teroris.
Yogyakarta, 5 Agustus 2016
AHMAD FIKRI
yang tulisannya masih berantakan!
yang tulisannya masih berantakan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar