Hai gadis kecil.
Biarlah kuanggap kau anak kecil yang sulit dimengerti.
Sudahlah, jangan pernah keluarkan kata maaf itu lagi.
Sesungguhkan tiada yang salah dari cerita kita.
Kau hanya gadis kecil yang berusaha menepati janji.
Aku hanya lelaki tolol yang berlari mengejar tukang gojek dengan motornya.
Tak ada kata pengandaian yang akan terucap.
Seandainya kata seandainya tak pernah ada didunia ini.
Maka kita akan fokus terhadap apa yang akan ditemui di masa depan.
Tanpa pernah menengok sedetikpun ke belakang.
Aku bingung menarasikan kalimat-kalimat selanjutnya.
Tanpa pernah melihat lagi akan sebuah pengorbanan.
Pengorbanan yang lebih besar harus ditempuh.
Menenggelamkan rasa nano-nano itu ke samudera luas.
Mengajaknya mendaki ke titik tertinggi dibumi.
Lalu menendangnya jauh-jauh tanpa pernah terlihat lagi.
Biarkan laut dan langit yang sama-sama biru menyaksikannya.
Bahwa perjuangan dari segala perjuangan harus ditentukan saat ini.
Jelas sudah aku menyerah.
Menyerah menarasikan sebuah kata menyerah.
Karena narasi dari kata menyerah tidak akan membuat menyerah.
Namun menyerah adalah untuk berhenti menarasikan.
Aku menyerah, tak sanggup lagi menarasikan.
Aku menyerah, tak sanggup lagi mengejar.
Ini semua bukan tentang takdir.
Tapi hanya sebuah butiran kecil dari sebuah cerita masa lalu.
Yang entah mengapa terkoneksi dengan beberapa orang disamping kita.
Maukah kalian melupakan semua kejadian yang telah terjadi?
Karena satu-satunya hal yang tak boleh aku menyerah olehnya adalah kata melupakan.
Aku menyerah.
Karena jawaban dari sebuah pertanyaan telah terjawab.
Dan akan kutatap kau dengan tatapan seoarang adik, bukan lawan jenis.
Tapi bagaimana mungkin aku menatapmu sedangkan kau selalu menghindariku?
Seorang lelaki tangguh yang menyerah.
Biarlah kuanggap kau anak kecil yang sulit dimengerti.
Sudahlah, jangan pernah keluarkan kata maaf itu lagi.
Sesungguhkan tiada yang salah dari cerita kita.
Kau hanya gadis kecil yang berusaha menepati janji.
Aku hanya lelaki tolol yang berlari mengejar tukang gojek dengan motornya.
Tak ada kata pengandaian yang akan terucap.
Seandainya kata seandainya tak pernah ada didunia ini.
Maka kita akan fokus terhadap apa yang akan ditemui di masa depan.
Tanpa pernah menengok sedetikpun ke belakang.
Aku bingung menarasikan kalimat-kalimat selanjutnya.
Tanpa pernah melihat lagi akan sebuah pengorbanan.
Pengorbanan yang lebih besar harus ditempuh.
Menenggelamkan rasa nano-nano itu ke samudera luas.
Mengajaknya mendaki ke titik tertinggi dibumi.
Lalu menendangnya jauh-jauh tanpa pernah terlihat lagi.
Biarkan laut dan langit yang sama-sama biru menyaksikannya.
Bahwa perjuangan dari segala perjuangan harus ditentukan saat ini.
Jelas sudah aku menyerah.
Menyerah menarasikan sebuah kata menyerah.
Karena narasi dari kata menyerah tidak akan membuat menyerah.
Namun menyerah adalah untuk berhenti menarasikan.
Aku menyerah, tak sanggup lagi menarasikan.
Aku menyerah, tak sanggup lagi mengejar.
Ini semua bukan tentang takdir.
Tapi hanya sebuah butiran kecil dari sebuah cerita masa lalu.
Yang entah mengapa terkoneksi dengan beberapa orang disamping kita.
Maukah kalian melupakan semua kejadian yang telah terjadi?
Karena satu-satunya hal yang tak boleh aku menyerah olehnya adalah kata melupakan.
Aku menyerah.
Karena jawaban dari sebuah pertanyaan telah terjawab.
Dan akan kutatap kau dengan tatapan seoarang adik, bukan lawan jenis.
Tapi bagaimana mungkin aku menatapmu sedangkan kau selalu menghindariku?
Seorang lelaki tangguh yang menyerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar