PROLOG
Adalah
kisahku, kisah yang menuntunku untuk berada pada titik-titik yang kemudian
kugaris sebagai garis semu sebuah perjalanan. Adalah kisahku seorang anak manja
yang terpukau akan hebatnya alam raya yang Tuhan ciptakan begitu teratur.
Adalah kisahku, tentang keluarga yang harus berjuang untuk terus bermimpi dan
mengejar mimpi-mimpinya dengan segala keterbatasan. Adalah kisahku kisah sebuah
perjalanan yang tidak mudah diraih. Adalah kisahku tentang cinta yang akan
kuhadirkan mencolok dalam karangan ini.
---
Nama saya IKKI, begitulah
orang-orang di sekitar saya memanggil. Nama IKKI terlahir ketika kakek saya
memplesetkan nama asli FIKRI (dari bahasa Arab: Fiqr) menjadi pIKKIli’ (bahasa Makassar: Pikkiri’) yang artinya sama: “berfikir”. Cerita itupun saya dengar hanya
dari cerita-cerita ibu dan tante saya, berhubung kakek saya menghembuskan nafas
terakhir ketika saya masih belum bisa mengingat apa-apa. #RinduKakek
Saya berasal dari daerah Sulawesi
Selatan (Sulsel), tepatnya di Kabupaten Pangkep yang merupakan singkatan dari
Pangkajene dan Kepulauan. Silahkan cari di Google
mengenai daerahku. Makanya dalam karangan di bagian ini saya memulai bercerita menggunakan
kata ganti “saya” karena dibagian ini saya akan bercerita tentang masa-masa
kecil saya yang memang di Sulsel, dimana semua orang menggunakan kata ganti “saya”
dan tidak berani berkata “aku” karena akan dianggap sebagai anak yang alay.
Tidak salah orangtua saya memberi
nama asli AHMAD FIKRI yang mereka artikan sebagai “ahli fikir”. Tidak bermaksud menyombongkan diri namun realitanya
berkat do’a-do’a yang terus berkumandang sebagai nama yang melekat pada diri
saya, saya dianugerahi kemampuan berfikir sedikit lebih baik. Memang belum
pernah memperoleh predikat terbaik, namun peringkat 5 besar selalu saya raih
semasa SD bahkan memperoleh peringkat 3 diakhir masa kelas 6 SD.
Begitupun di SMP, peringkat 1 saya boyong
dengan begitu gampang saat kelas 7 di SMPN 2 Pangkajene. Namun, kenapa bisa
peringkat saya jatuh ketika naik kelas 8? Saya rasa usia yang sedang
nakal-nakalnya menanggapi rasa cinta, ditambah keikutsertaan dalam ekstrakurikuler
Pramuka plus rasa-rasa cinta monyet yang mulai menghantui anak-anak labil
seperti saya.
Kaget ketika melihat cinta (monyet)
pertama, teman SD yang awalnya melanjutkan SMP di Kota Yogyakarta kemudian
berada di SMP saya karena dia pindah sekolah kembali. Bertingkah tidak sehat
ketika ada teman cewek yang meminta nomor telepon padahal saat itu saya belum
punya HP namun ternyata beberapa minggu kemudian teman cewek itu malah pacaran
dengan sahabat saya hingga akhirnya saya membuat fake-facebook yang mengatasnamakan hubungan mereka. Kemudian kembali
di-tikung oleh sahabat seperjuangan
di Pramuka saat sedang menyukai senior cewek dalam organisasi yang sama.
Atau
tentang friendzone bersama teman yang
rumahnya sangat dekat dengan rumah saya sehingga rumahnya menjadi jalur wajib
yang harus saya lewati dalam menemani program peng-kurusan badan apalagi sudah
mendapat izin dari adeknya sendiri bahwa saya cocok dengan kakaknya. Dan
akhirnya cinta (juga monyet) yang saya akhiri dengan sembunyi-sembunyi menyukai
adek teman baik saya semasa persiapan menghadapi Ujian Nasional.
Sekelumit cinta-cinta yang tidak
jelas pasti menghantui setiap insan muda di dunia ini. Namun
pengalaman-pengalaman yang pernah saya lalui ternyata tidak serta merta
berpengaruh terhadap beberapa kisah cinta selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar