Jumat, 19 Agustus 2016

Lantas, apakah sebuah tulisan panjang tak berarti?

Aku sadar, usiaku sudah tidak muda lagi. Tahun ini genap usiaku berkepala dua.
Kata dosenku di pertemuan kelas Pancasila kemarin

"Usia adalah sebuah FAKTA, tetapi Tua atau Muda adalah sebuah RASA".

Harus kuulangi lagi kah kata-kata panjangku yang kemarin? Kurasa tidak perlu, kau akan mengerti sendiri disetiap tingkahku kepadamu kelak. Usiaku tidak muda lagi memang untuk merasakan sebuah kisah monyet asmara, pikirku adalah sebuah komitmen yang kubutuhkan sekarang. Lantas, dengan jiwaku yang kembali muda dengan gampangnya kau merasa aku masih mencintaimu? Sudah berapa judul artikel yang kutuliskan jawabanku tetap sama, TIDAK LAGI.

Dengan begitu seharusnya kau berhenti membesarkan hatiku, besarkan saja hati orang-orang yang peduli denganmu. Dengan semua tingkahmu yang ambigu kepadaku, mungkin mulai detik ini kuambigukan juga tingkahku kepadamu. Aku tidak peduli dengan tingkahmu yang memang tak cocok untukku, yang sangat kekanak-kanakan. Kurasa berhentilah sok dicintai padahal sebenarnya aku sejak dulu telah berhenti mencintai. Mencintai siapapun yang kecuali jodohku kelak.

Aku bisa dengan sangat parah tidak menganggapmu lagi dalam kehidupanku, namun aku tidak begitu. Cukup tanamkan dalam hatimu aku kecewa terhadapmu walaupun itu bukan karena salahmu. Namun ku lebih kecewa karena kesok-an mu yang menganggap sebuah hati hanya gumpalan darah dan daging tak berbentuk.

Kurasa saatnya kau mulai belajar untuk dewasa dan bersikap profesional, walaupun itu sebenarnya definit hakmu untuk menentukan. Jangan merasa aku akan membimbingmu terus, karena kau dari dulu jelas menolak untuk dibimbing. Katakan pada teman dekatmu, kepada dirimu bahwa aku telah menemukan duniaku yang baru dengan segala mimpi-mimpiku. Lupakan saja kegalauan kalian, dan jangan lupa berbahagia karena kurasa berbahagia itu lebih menyenangkan.

-Disebuah kamar yang gelap-
Sedikit cerita untuk susunan buku cerita kelak

Sabtu, 13 Agustus 2016

Jogja, Sempurna Membentukku...




"Iyya dong!" 

Bangga sekali ku katakan kedua kata itu di depan 'senior2' fakultasku. Aku hanyalah seorang "maba" yang mungkin masih bermimpi sangat tinggi untuk sebuah impian, itu kata seorang dari mereka.

Hatiku, logikaku, batinku, dan jiwaku menjawabnya, SALAH. 

Sebuah kebanggaan untukku bisa melewati masa2 dimana sebuah pilihan besar harus kutentukan. PIlihan yang akan mengubah segalanya kelak dimasa kini dan masa depan. Mengubah cara berfikirku, yang sebelum close-minded kini menjadi open-minded. Mengubah tingkah lakuku yang dulunya masih kekanakan kini menjadi lebih dewasa. Mengubah segalanya dalam hidupku.

Aku telah melewatinya, pintu gerbang pertamaku ke masa depan.

Aku melewati itu semua setalah perjalanan panjangku selama 2 tahun berada di Kota Jogja, kota Pelajar, kota istimewa. Jogja memang istimewa, siapapun yang pernah ke jogja pasti sangat ingin kembali lagi. Apalagi yang berdomisili semestara di Jogja? Sempurna betul membentuk diriku.

Ketika masih di teknik kimia, kesempatkan untuk mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) kuambil dengan bergabung bersama Unit Kesehatan Mahasiswa (UKESMA) UGM. Minatku dalam bidang kesehatan pertama kali muncul entah kapan, kala itu menjadi dokter adalah salah satu cita-cita yang terlalu gampang disebutkan. Tentu saja dengan alasan dapat membantu orang-orang, kuucapkan saja cita-cita itu. Seiring berjalannya waktu, aku yakin bahwa ketidakgemaranku terhadap ilmu biologi khususnya organ-manusia-hewan mengantarku untuk menenggelamkan cita-cita itu kedasar samudera terdalam. 

Namun aku berhasil melampiaskannya dengan mengikuti UKESMA yang bergerak dibidang sosio-medis, tanpa harus menjalani pendidikan formal kesehatan, tentu saja sesuai dengan tujuanku yang bergerak dibidang kemanusiaan. Setidaknya skill-skill yang akan kudapatkan dapat membawaku sedikit lebih dekat dalam membantu orang lain yang memang membutuhkan bantuan.

Selain mengikuti UKESMA, bidang minat yang kuikuti adalah ke-Pecinta Alam-an. Bergabung sebagai mahasiswa teknik kimia, kupilih ikut dalam Mahasiswa Pecinta Alam Teknik Kimia (MAPATEKA) UGM dan mengikuti serangkaian acara2 kegiatan alam bebas. Sejak kecil, aku selalu bermimpi dan membayangkan diriku menjadi orang yang berkelana mengelilingi dunia. Kuingat sekali, setiap kali ada acara olahraga ekstreem atapun alam bebas, pasti saat itu juga tujuanku menjadi seperti mereka atau berada di tempat tsb. 

Dua tahun pertamaku di Jogja, mengantarku akan kebingungan banyak hal. Selain skenario indah yang sebelumnya telah kupaparkan, setidaknya kebingunganku kupecahkan ketika menjalani semester ke-4 dalam pendidikanku di teknik kimia UGM. Aku tidak mendapatkan banyak hal berada di teknik kimia. Walaupun kuikuti MAPATEKA namun tetap saja orang-orang disana tidak bisa mengantarku ke mimpi-mimpiku sewaktu kecil. Mereka hanya berkutat dengan egoisitas diri mereka masing-masing, mengenai tugas kuliah yang kuakui memang sangat padat dan ingin bekerja di perusahaan besar mana kelak nantinya.

Aku memilih, kemudian aku lahir kembali.

Pergolakan panjangku telah selesai. Kalian dapat mengorek informasi lebih mengenai kepindahanku, langsung dari mulutku, mengenai bagaimana kisah panjang sebenarnya yang pernah kujalani. Jangan pernah sekali-kali mengambil kesimpulan sepihak yang mengkreditkan tentang keputusanku. Aku menjalaninya dengan penuh suka cita dan mulai membangun mimpi-mimpiku kembali. Mimpi-mimpi sewaktu kecil-SD-SMP-SMA yang kelak tentu saja dapat kuwujudkan lewat kegiatan-kegiatan yang akan ku ikuti. 

Dan yang terpenting, kalian bebas dengan sesuka hati mengataiku MABA karena memang aku MABA. Namun jangan sekali-kali menganggap pikiran-pikiran ku sebagai pikiran MABA yang masih polos. DUA TAHUN ADALAH CUKUP UNTUK JOGJA SEMPURNA MEMBENTUKKU.

Jumat, 05 Agustus 2016

Benih Yang Kalian Tanam, Sedang Kami Siram Terus!

Haha, isunya mulai mendingin. Disaat besok harusnya saya sedang mempersiapkan formasi bersama teman-teman mahasiswa baru yang berjumlah 9ribuan orang.

Saat itu saya sedang dirumah sakit swasta menemani ibu yang telah dioperasi ketika berita tentang kudeta Turki dan tuduhan Presiden Turki kepada tokoh spiritual yang menginspirasi banyak orang dalam Gerakan Hizmet nya (kemudian kita sebut saja GH).

Seperti cerita panjang yang sebelumnya telah saya tulis, GH adalah sebuah gerakan yang terinspirasi dari seorang ulama dunia M Fethullah Gulen. Tersebar diberbagai negara, sekitar lebih dari 120 negara, dan pro-aktif dalam bidang pendidikan, sosial dan kemanusiaan. Tanpa ada niatan politik.

Di Indonesia, pernah berdiri LSM yang dapat dikatakan sebagai perpanjangan tangan dari GH khusus untuk wilayah Asia-Pasifik, namanya PASIAD.

PASIAD mulai ada di Indonesia sejak sekitar tahun 1995 dan memulai bekerja sama dengan yayasan lokal membangun dan membesarkan berbagai sekolah berprestasi nasional maupun internasional. Bahkan pada zamannya, PASIAD dikenal oleh siswa-siswa SD dan SMP seluruh Indonesia dengan kompetisi matematikanya yaitu Kompetisi Matematika PASIAD (KMP) yang para juaranya difasilitasi untuk bersekolah dan menuntut ilmu yang lebih di sekolah-sekolah PASIAD.

Namun, pada akhir tahun 2015 akhirnya PASIAD sudah tidak beroperasi lagi di Indonesia entah karena alasan apa (saya kurang mengikuti betul), dan kemudian kerjasamanya dialihkan ke yayasan yang berdomisili di Australia.

PASIAD bagi kami tidak hilang, Alumninya telah tersebar ke seluruh pelosok negeri bahkan dunia. Membagi inspirasi-inspirasi kecil yang berdampak besar, seperti yang guru-guru kami sering ajarkan.
Akhir bulan Juli kemarin, ketika Keduataan Besar Republik Turki mempublikasikan dugaan teroris kepada sekolah-sekolah yang pernah diasuh oleh PASIAD, disitulah puncak nadir kami sebagai alumni habis.

Ketika masyarakat Indonesia yang menelan mentah-mentah berita di media mulai bertanya-tanya dan beropini mengenai siapakah sebenarnya Gulen itu, kedubes Turki kemudian blunder karena me-release surat tentang sekolah-sekolah yang membesarkan kami.

Mungkin sebelumnya kami hanya meluruskan opini-opini publik mengenai siapa itu Gulen kepada orang-orang yang disekitar kami saja, namun berkat propaganda kedubes Turki tersebut kami merasa perlu untuk meluruskan opini-opini yang diberikan kepada masyarakat Indonesia secara masif.

Meluruskan opini-opini mengenai bagaimana aktivitas 'mantan' sekolah kami, bagaimana akhlak 'mantan' guru-guru (tidak ada namanya mantan guru) kami, bagaimana prestasi 'mantan' sekolah kami, dan bagaimana dimana, dan apa yang kami lakukan sekarang.

Meluruskan opini masyarakat tentang 'mantan' sekolah kami berarti meluruskan opini mengenai apa itu PASIAD, meluruskan opini mengenai siapa itu Gulen sebenarnya. Semoga niat baik kami, tetap dan selamanya akan baik.

Kesalahan Kedubes Turki semoga bisa menjadi celah bagi kita, para alumni sekolah PASIAD untuk bisa meluruskan pandangan jelek publik mengenai PASIAD, Hizmet dan Gulen. 

Karena benih yang ditanam pada benak kita ketika masih di sekolah, harus tumbuh dan disiram terus.

NB:
Buat para alumni, mungkin berawal dari tulisan kecil kita, diskusi kecil kita dan kebaikan-kebaikan kecil kita kepada orang lain bisa meyakinkan bahwa kita bukanlah benih-benih teroris.


Yogyakarta, 5 Agustus 2016
AHMAD FIKRI
yang tulisannya masih berantakan!