Senin, 02 Oktober 2017

Berbagi Pengalaman





-Geografi tanpa lapangan, adalah kemustahilan. Geografi tanpa pengalaman, adalah kebingungan-

‌Pukul 1.22 mulai kutuliskan catatan singkat ini.

Aku baru saja belajar tentang hujan siklon, yang katanya hujan yang terjadi di wilayah khatulistiwa karena bertemunya angin pasat timur laut dan angin pasat tenggara sehingga terjadi pusaran angin dan secara vertikal menggumpal pekat sebagai awan gelap.

Ada beberapa karakteristik khusus sebelum hujan siklon ini terjadi:
1. Sebelumnya cuaca begitu panas.
2. Angin berhembus tidak karuan.
3. Gumpalan pekat hitam awan terlihat cukup lama.
4. Ketika terjadi hujan begitu deras.
5. Durasi berlangsung nya hujan tidak begitu lama.

Otakku tidak berfikir begitu keras, karena 3 tahun belakangan ini itulah pertanyaan yang selalu kuajukan ketika musim penghujan datang. Diantara lalu lalang motor dan kotak mobil di deru jalan Yogyakarta.

Suatu pagi pada (banyak) hari di musim penghujan. Ketika aku lupa mengenakan jaket ato baju lengan panjang, kulit lenganku terasa begitu panas berbeda dengan hari biasanya. Menjelang Dzuhur cuaca mulai menggelap, sangat pekat. Namun lama sekali rintik pertama jatuh. Padahal aku berusaha mengebut motorku agar tidak kebasahan. Aku sempat singgah cukup lama di warung makan, membeli makan siang. Hujan baru mulai turun tepat ketika aku sampai di kosan. Pekat awan yang begitu gelap adalah tertutupinya bagian bawah awan dari cahaya mentari karena uap air yang begitu padat, kata dosenku saat kutanyakan seberapa hitam harusnya awan ketika hujan sudah mulai turun.

Hujan begitu deras menerjang, menggenangkan pekarangan begitu cepat mengalahkan aliran yang merambat dari permukaan yang lebih tinggi ke rendah. Namun tenang saja, hujan seperti ini tidak akan bertahan lama walaupun cukup untuk menetralisir cemaran udara yang terakumulasi.

Malam di hari yang sama saat musim penghujan, udara pasti terasa begitu panas. Berbeda dengan musim kemarau yang walaupun mentari bersinar terik di siang hari, namun angin yang berhembus pada malam hari begitu dingin dan kering menusuk hingga ke tulang, rasakan saja dengan mencoba naik gunung di 2 waktu tersebut.

Keuntungan mendaki gunung pada musim kemarau adalah tidak terkena hujan, namun tusukan angin akan menjalar ke seluruh bagian tubuh hingga ke tulang dan sendi. Sedangkan di musim penghujan, potensi keribetan akibat basah-basahan akan sangat besar namun jika beruntung tidak bertemu hujan maka udara tidak akan begitu dingin.

Hasil diskusi tadi pagi di BBQ pertamaku selama menjadi mahasiswa baru (lagi), bahwa air adalah penyimpan panas laten yang lebih baik daripada tanah. Dimana saat musim penghujan air permukaan dan uap air akan begitu banyak, sehingga pada siang hari menyerap panas dari radiasi matahari dan membagikannya ke bumi ketika malam tiba. Itulah sebabnya ketika musim penghujan di malam hari disekitaran kampus UGM malah lebih terasa sumuk ketimbang musim kemarau yang begitu dingin.

Terkait angin yang kering, secara logika sederhana (entah benar atau tidak) ternyata dipengaruhi oleh gerak semu matahari terhadap bumi (padahal bumi yang bergerak mengitari matahari loh, makanya dikatakan gerak semu).

Ketika Indonesia mengalami musim kemarau pada bulan Juni, posisi matahari berada pada bagian utara khatulistiwa. Sehingga suhu di bagian utara khatulistiwa hingga ke 23,5° LU akan maksimum, dimana tekanan nya akan minimum. Sesuai dengan sifat angin yang bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, maka angin yang berada disekitar Australia di 23,5 LS, dimana mayoritas daerahnya bergurun, sehingga membawa angin yang kering tanpa mengandung uap air. Makanya udara yang dibawa ke Indonesia akan terasa kering menusuk.

Sekarang pukul 2.11, hampir sejam kutuliskan sedikit pengalaman sekaligus pertanyaan yang selama 3 tahun terus kupikirkan dan akhirnya menemui jawabannya.

Mohon koreksinya (komen dibawah) jika terdapat kesalahan, karena penulis tidak akan memberikan sitasi dan daftar pustaka karena banyak hal yang dijelaskan berdasarkan pengalaman pribadi semata serta belum terbiasa mencantumkan daftar pustaka (ketahuan Laprak copas hehe)

Management Geographic
@m.ikkikay
Di malam yang mulai sumuk dan menegangkan untuk UTS pagi harinya.

NB: Dokumentasi #ekspedisiatapjawa #travelikay #SindoroViaTambi di Kecamatan Tambi, Desa Sikathok dengan hamparan kebun teh-nya.
Background: Gunung Buthak dan Prau yang diselimuti awan tebal.