Minggu, 30 Oktober 2016

Mimpi Siang Bolong

Aku terbangun dari tidur siang melelahkan setelah 2 harian penuh berolahraga untuk mengecek fisikku yg jauh menurun. Aku terbangun karena 2 mimpi yang abstrak (layaknya mimpi-mimpi biasanya). Namun sebelum 2 mimpi itu, ada satu skenario mimpi yang membuatku "terbawa perasaan" dari dunia mimpi. Haha entah aku tidak lagi merasakan hal yang sama beberapa bulan ini untuk sebuah mimpi yang "terbawa perasaan." 

Mimpi yang membawa perasaan pertama kali kualami ketika kelas 3 SMP, kala itu aku tergila-gila dengan adik kelas sekaligus adik dari sahabat perempuan beberapa minggu ku (kami mulai bersahabat ketika mendekati ujian nasional, dan kemudian saling melupakan seiring berpisahnya lokasi SMA). Seingatku, aku bermimpi memberikan, atau diberikan (?), sepatu untuk, oleh (?), adik itu (efek lupa, 5 tahun yang lalu coy). Aku terbangun seketika skenario mimpi tersebut berakhir dan senyum-senyum sendiri diatas tempat tidurku pada tengah malam dan langsung kuceritakan mimpi itu ke sahabatku yang lain (juga wanita).

Kemudian beberapa mimpi "terbawa perasaan" selanjutnya yang benar-benar sudah kulupakan. Hingga akhirnya mimpi hari ini. 

Kucoba mengingat-ingat mimpi yang baru 30 menit lalu aku terbangun. Semoga dapat kubayangkan kembali dan menuliskannya.

Oke, mimpi itu berlatar belakang salah satu acara keluargaku yang entah acara apa, dan dimana. Layaknya abstraksi mimpi, aku tidak menemukan kejelasan mengenai acara apa yang berlangsung dan dimana lokasinya. Intinya, dalam mimpi itu selain aku kedatangan orang-orang yang memang ada disekitarku sekarang (di Jogja), aku juga kedatangan tamu spesial masa laluku yang datang dari Surabaya dan Makassar. Aku terkejut di dalam mimpi.

Acara abstrak yang berubah-ubah konsep itu hampir selesai, disertai tempat yang berpindah-pindah akhirnya kuberanikan memanggil tamuku yang berasal dari Makassar dan mulai kuinterogasi motif kedatangannya. (Tamu dari Surabaya ku juga sempat bersamanya, namun beberapa saat menghilang).

Entah apa yang kami bicarakan sebelum percakapan inti dari cerita ini terjadi. Inti cerita dari skenario mimpi ini, kami membicarakan tentang perjuanganku mencari cinta pada episode sebelum hari ini, bahwa perjuanganku adalah perjuangan yang sia-sia. Benar sekali, dia kembali mengingatkanku episode tersebut. Kemudian kami berjalan bersama hingga akhirnya sampai di daerah asalku, Pangkep, dan bertemu kakak tingkat organisasi kampus (kenapa dia ada di daerahku? serta kakak ini entah mengapa mengenal kami berdua, padahal hanya aku yang berkuliah di UGM), dan mencie-cie kami yang memutuskan kembali merajut asa.

Hm sangat "terbawa suasana." Padahal kami sudah lama memutuskan untuk tidak lagi melanjutkannya. Cerita kami berlangsung sebelum perjuangan sia-siaku terjadi.

Setelah skenario itu, skenario berubah dengan sesautu yang tidak jelas dan menakutkan, tak usah ku ceritakan.  

wkwkwkwkw

Setidaknya ada angin segar yang membuka pikiranku, bahwa perjuangan kemarin memang sia-sia dan kesia-siaan itu telah lama berakhir, tak terlanjutkan. Seperti pertanyaan yang ditanyakan adik tingkat ku tadi di Sunday Morning (SANMOR) UGM, kujelaskan kembali bahwa aku tidak lagi ingin menyia-nyiakan waktu.

Rabu, 26 Oktober 2016

Fieldtrip EGSA FAIR 2016

Kupaksakan badanku bangun pagi-pagi sekali, padahal kemarin kepalaku terasa sakit sehingga tidak dapat mengikuti rangkaian gladi kotor pelantikan Unit Kesehatan di kampusku. Pagi ini ada agenda fieldtrip alias belajar sambil jalan-jalan yang dilaksanakan oleh Environmental Geography Student Association (EGSA) alias Himpunan Mahasiswa Geografi Lingkungan UGM. 

Kukenakan perlengkapan lengkap lapanganku sekaligus tidak lupa kubawa jas hujan dan botol air minum yang sangat berguna pastinya. Sesampainya di kampus, ternyata peserta yang mendatar sebagai mahasiswa hanya aku berdua dengan temanku yang juga penasaran untuk ikut. Okelah, kami hanya berdua peserta mahasiswa yang dikelilingi belasan remaja SMA dari beberapa daerah.

Fieldtrip EGSA Fair 2016 ini ternyata baru taun ini terlaksanakan, itupun merupakan hibah dari dalah satu dosen. Tujuan pertama kami setelah memulai perjalanan yaitu SMAN 1 Wonosari, Gunungkidul. Baru kumengerti setelah berada di SMA itu, hubungan antara hibah dan fieldtrip ini terbayang di anganku setelah peserta fieldtrip mayoritas menunggu kami di sini. Oke, not bad. Setidaknya acara ini sangat berguna.

Fieldtrip Nasional 2016

Kukira fieldtrip  itu langsung saja kita ke lokasi yang tertuju sebagai bagian dari lapangan, ternyata terdapat sesi materi terlebih dahulu. OK, sangat menyenangkan bisa mendapat ilmu baru yang sangat berguna. Sesi pertama diisi oleh dosen Geografi UGM, dengan tema Geohidrologi di Kawasan Karst Gunung Sewu, Gunungkidul. Selanjutnya dilanjutkan dengan pembicara mahasiswa Pascasarjana Geografi UGM yang memaparkan tugas akhirnya yang intinya bertemakan mitigasi bencana tsunami di daerah pantai di Gunungkidul dengan metode foto udara. Dan berakhir setelah adzan dzuhur berkumandang dengan sesi terakhir diisi dengan materi Biodiversity dan Campaign Pemuda di sekitar Gunungkidul oleh mas Edi.

Setelah sholat dzuhur, akhirnya tujuan pertama kami yaitu Kawasan Karst Window Ngingrong yaitu merupakan amblesan karena adanya gua bawah tanah sehingga menimbulkan pemandangan yang cukup menarik.

Ngingrong Geopark

Setelah mendengarkan penjelasan mengenai terbentuknya amblesan ini serta sungai bawah tanah yang ada dibawahnya juga mengenai biodiversitas yang ada, akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju pantai dimana sungai bawah tanah itu berakhir, Pantai Baron.

Bersama seluruh peserta fieldtrip

Setelah penjelasan tentang muara sungai yang membentuk sungai yang berpindah-pindah tiap musin serta kehidupan burung-burung walet yang terbang diatas kami, saatnya sesi bebas selama 10 menit. Haha tidak disangka junior alias seniorku yang bernama Cahyadi menangkap momen sok candid ku, bagus sekali rasanya foto dibawah ini.

Kusukana deh wkwkwk

Setelah dari Pantai Baron kemudian sesi terakhir yaitu ke Pantai Kukup yang juga keduanya baru kudatangi selama 2 tahun lebih perjalananku di Jogja. Tidak ada sesi materi di Pantai Kukup, hanya menghabiskan senja yang masih malu-malu diufur barat negeri.

"Kakak-kakak" EGSA yang mengurusi perjalanan kami @Pantai Kukup

Kemudian matahari pergi begitu saja ditandai dengan adzan Magrib yang tak terdengar jelas dari jalanan sepi keluar dari kawasan pantai. Kami melanjutkan perjalanan kembali ke SMAN 1 Wonosari untuk memulangkan peserta yang berasal dari sekolah ini. Sekaligus menunaikan sholat Magrib serta Isya yang ternyata sebentar lagi akan dilaksanakan.

Akhirnya, dengan perjalanan sekitar 2 jam yang mulus-mulus saja ditemani pemandangan kerlap-kerlip cahaya lampu di sekitaran Yogyakarta yang terlihat dari Bukit Bintang, kami sampai di kampus tepat pukul 9 malam dan langsung kembali ke tempat asal masing-masing, melanjutkan kehidupan tanpa melupakan apa yang telah terjadi hari itu.

---





Senin, 17 Oktober 2016

Aneh, Belum Tengah Malam

Diiringi lantunan ayat suci yang berkumandang dar speaker tua menara mesjid di pinggiran Sleman, mulai ku menulis lagi, walaupun kutau pastinya setelah adzan berkumandang kutinggalkan tulisan ini untuk menyeru kepada panggilan-Nya. Maha Suci Engkau, yang membolak-balikkan hati manusia.

---


https://www.youtube.com/watch?v=2ep_5iOgtC0


Inilah Rumah Ibu
Inilah Rumah Kita 

Dengan segala keindahan untuk kita nikmati
Dengan segala kekurangan untuk kita perbaiki
Kita bisa pergi ke kota dan tinggal disana
Tapi sampai kapanpun

Kita akan tahu
Bahwa ada tempat dimana kita bisa pulang
Tempat dimana kita bisa diterima

Itu penggalan kalimat dari sebuah iklan AQUA yang sedang mengkampanyekan #TemukanIndonesiamu. Iklan diatas merupakan salah satu iklan dari beberapa kumpulan video pendek yang diciptakan pemuda kreatif bangsa. Video tersebut berlatarkan kampung Geo-wisata Rammang-Rammang di pedalaman Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Dengan memperlihatkan suasana kesunyian dan panorama yang tak terkalahkan ditambah narasi yang kuat tentang tempat dimana kita tinggal dan kembali, sang sutradara berhasil menggetarkan hati siapapun yang menontonnya. Terlebih lagi mereka yang berasal dari daerah Sulawesi Selatan yang langsung mengerti percakapan yang digunakan dalam video.

---

Pukul 23.16 malam ini kulanjutkan ceritaku setelah kutinggalkan tulisan diatas untuk sholat magrib, makan malam, sholat isya, sedikit mengaji dan menyelesaikan laporan praktikum yang dikumpul esok hari. Setelah mengeprint laporan ditemani sepiring indomie kakak asrama yang ditinggal karena tugas akhir, dan sisa-sisa martabak yang kubagi berdua dengan kakak asrama yang lain, kulanjutkan cerita ini.

Sepertinya harapan ikut PKM-K harus ku kubur tahun ini. Kemalas-malasan mereka terutama kemalasanku membuat rasa pesimis begitu saja memekar. PKM sebenarnya hanya menjadi alasanku agar dapat pulang ke Makassar karena PIMNAS 2017 kabarnya akan diadakan di Makassar, entah universitas mana. Alasan agar melanggar janjiku untuk tidak kembali sebelum ijazah berada ditangan.

Mengenai janji itu, telah kuputuskan sebelumnya bahwa aku berniat untuk tidak pulang ke kampung halaman sebelum menyelesaikan kuliahku. Namun diriku juga sering berfikir, namun untuk beberapa alasan bolehkah aku pulang? Kurasa pilihanku hanya menghabiskan liburan dengan sesuatu yang berguna. Seperti belajar bahasa inggris di kampung Inggris-Pare, Kediri. Atau tidak jika aku pulang setidaknya untuk sesuatu yang berguna seperti belajar banyak hal bersama kak Rahmat dan kak Dedy yang aktif dibidang kerelawanan pendidikan dan adventuring.

Setidaknya jikalau diijinkan untuk KKN di daerah Sulawesi Selatan, harusnya kuambil saja tawaran itu karena mengabdi untuk daerah sendiri adalah seuah kewajiban ditambah belajar kembali bahasa daerah asal yang lebih dari 5 tahun terlupakan dikarenakan jarak yang memisahkan.

Sebenarnya logika dan tekadku terus bertarung memikirkan siapa yang harus dipertahankan. Apakah prinsip untuk tidak kembali sebelum lulus harus dipegang erat tanpa pengecualian, ataukah logika pikirku yang mengatakan untuk mengabdi setiap kali ada kesempatan untuk mengabdi ke daerah asal? Entahlah, seiring berjalannya waktu harusnya akan ada yang mengalah.

"Pulang tonjeki itu pasti nanti"

Itulah kata-kata nyinyir dari seorang tak berperasaan yang tidak memiliki hati. Betapa dia tidak tahu gejolak yang sedang terjadi namun dengan mudahnya menyimpulkan suatu hal. Ya, kadang gegara pernyataan tersebut prinsipku semakin menggebu ingin membuktikan kepadanya bahwa lelaki harus berprinsip.

--- 

Kupandangi perut buncitku yang kenyang karena camilan tengah malam. Kata-kataku yang keluar dahulu tentang pasti kelak juga kembali kurus belum menemui kenyataan. Wacana saja setiap sore atau pagi untuk pergi jogging ataukah sabtu-minggu pagi berangkat berenang. Nyatanya tak sekalipun sudah.

Setelah kupandangi seluruh agenda di kamarku, aku hanya baru merampungkan sekian persen dari proyek perpustakaan ku dan belum memulai berbagai proyek lain seperti video, rompi bahkan target membaca buku-buku tebal bahan kulaihpun belum ku mulai. Belasan buku hasil hunting bukuku di gramedia gudang belum kubuka. 

Dengan sisa-sisa uang yang harus irit-irit ku atur agar tidak segera habis, kucoba mondar-mandir atm siapa tau ada rejeki dari om atau tanteku yang biasa mengirimkan uang namun ternyata nominal yang tampil hanya menunjukkan angka itu-itu saja bahkan terus berkurang setiap 3 hari karena terpaksanya ditarik untuk mengganjal gantong perut yang terus berbunyi.

---

Haha, kembali ke masalah asrama, eh asmara, Kuputuskan untuk berhenti berspekulasi aneh yang sepertinya tidak harus dengan cepat kutahu, Berkaca dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, waktu akan sangat tepat sebagai teman menunggu yang sabar. Tanpa memaksakan, tanpa berhenti berharap.

Jumat, 14 Oktober 2016

Pokok masalah ada di akhir artikel (Baca sampe habis)

Aku terbangun seperti hari-hari sebelumnya, sekitar pukul 5 pagi. Padahal jam 5 pagi Jogja sudah sangat terang dimana lalu lalang kendaraan sudah sangat ramai di jalan Kaliurang menuju Ringroad. Susah betul untuk dapat bangun subuh pukul 4.20. Biasanya saya terbangun di jam-jam sekitar itu, mataku saja yang berhasil terbuka tetapi seluruh badan tetap ciut karena dinginnya kamar dan kurangnya tekad untuk segera bangun.

Pukul 10 malam tadi, aku segera tidur di kasur empukku. Entah mengapa aku malas melakukan aktivitas belajar jika magrib hingga setelah isya kuhabiskan diluar kamar sumpek ku. Sudah berapa malam kuhabiskan dengan beradu nasib diluar kamar, namun tetap saja tempat tidur adalah suatu hal yang sangat dicari ketika memasuki ruangan 2,5x3 meter ini.

Semalam kudapati diriku kembali menemui masa orientasi bagi mahasiswa baru. Hm aku memang bukan mahasiswa baru dikampusku, namun aku mahasiswa baru di jurusanku sekarang. Entahlah, sudah berapa minggu pikiranku melayang mengenai egoku yang harus kuturunkan. Mungkin setelah ini, ketika melihat mereka-mereka angkatan 2014 dan 2015, kupanggil saja dengan namanya jika kutau namanya. Malas memanggil dengan nama mas/mbak padahal aku sendiri lebih tua atau sepantaran.

Bukan mengenai diriku, kali ini mengenai angkatanku yang bernama GEL16 yang dulu pernah kuceritakan. Kalian ingat dengan seorang yang menganggap dirinya boss diangkatan? Ya, mengapa aku harus bersusah-susah memikirkan dia? Semalam kuputuskan berhenti berfikiran buruk tentangnya. Dan juga sepertinya aku bakalan menjadi orang yang melihat saja dinamika yang terjadi di angkatan, biarkan "adik-adikku" menjalani masa awal kuliahnya dengan konflik yang harus mereka pecahkan sendiri solusinya.

Aku berhenti untuk membantu sebagai garda terdepan. Mungkin setelah ini aku akan membantu namun tidak secara langsung, melihat dari jauh saja sudah cukup. Namun tolong jangan lupakan aku.

Kemudian, mengenai PKM yang kuinginkan. Ha, niatku saja yang tidak bagus. Ingin mengiktuti PKM karena PIMNAS nya nanti di Makassar. Tujuan yang tidak salah, namun tidak begitu saja membulatkan tekad untuk serius membuat PKM. Haha aku perlu bantu kalian, namun sepertinya belum kali ini kalian dapat membantu, yasudah kubuang saja ide PKM itu dan kita lakukan ide itu diacara lain atau kita kerjakan saja sebagai project mandiri kita.

Hey, aku lupa dengan project perpustakaanku. Sudah berapa minggu mereka berserakan ya? Sepertinya setelah ini akan kucari lagi file yang memuat data buku-buku tsb dan segera ku print menggunakan printer kakak asrama. Kelihatannya buku-buku disana sudah berantakan tidak tau berada dikamar mana dasar kalian yang selalu kesana dan membaca buku namun tidak pernah berhasil mengembalikannya dengan rapi.

Heran juga, mengapa orang-orang kami (Sulsel) selalu penuh dengan ide-ide brilian. Namun tidak ada aksi yang kami buat untuk sekedar memulai. Aku merasakan hal itu ketika aku masih di daerah dan sekarang di Jogja bersama orang daerah. Ide brilian tanpa permulaan aksi sama saja nol (besar).

Ada beberapa list yang harus kukerjakan hari ini, mendaftarkan diri di fieldtrip Egsa Fair 2016, mengikuti Riset Class #1, mengeprint judul-judul buku perpustakaan dan entahlah hal apa lagi yang harus kulakukan, mungkin hanya membaca. 

---

Hahah apasih, setelah sedikit berfikir akhirnya kuputuskan dengan cepat untuk menulis yang ingin kusampaikan disini saja, di artkel tak bermutu yang menuliskan begitu saja apa yang ada dipikiranku.

Umurku tidak muda lagi, sekarang aku 19 tahun dan bulan depan (jika takdir masih menghendaki) aku resmi berkepala dua. Tidak muda untuk ukuran mahasiswa baru yang masih menempuh semester pertamanya. Hidup memng seperti ini, bakalan berputar saja kecuali kalian berani mengambil jalan yang berbeda.

Memangnya apa yang berputar? Kali ini akan kubahas saja tentang cinta. Cinta yang pergi begitu saja dan datang begitu saja (dasar "anaktua" yang selalu galau).

Kalau kalian pernah membaca tentang perjalananku menembus batas Yogya-Surabaya-Pangkep untuk mencari jawaban sesuatu, disitu ada percakapan antara aku dan teman SMA disebuah mesjid di kampus ITS Surabaya. Intinya tidak usahlah dulu berpacaran, ya intuisiku juga mengatakan demikian.


Suatu kebanggaan jika dapat mempertahankan sebuah prinsip. Namun apakah aku harus mempertahankannya? Bukan masalah berpacaran. Namun aku butuh seseorang yang dapat mengingatkanku terus, mengurusiku, dan membakar semangatku ketika kembali jatuh. Aku belum menemukan. Tapi semoga saja salah satu dari kalian yang membaca ini dapat terketuk pintu hatinya dan mau menjadi seseorang yang spesial untukku? WKWKWKW Berharap

Apasih, tdak jelasnah deh.

WKWKW Tulisan yang tidak karuan tertulis saja kemudian dibagikan agar kalimat terakhir dapat dibaca oleh para wanita.

Senin, 03 Oktober 2016

Tarian Sederhana

Senang sekali rasanya, dapat bermimpi sepuas hati terbang bebas walaupun masih terhalang langit-langit kamar yang penuh dengan jaring laba-laba. Senang sekali rasanya ketika menemukan yang telah lama harusnya kutemukan, membangun kembali cerita-cerita masa depan yang dulu lewaat sepintas ketika menonton tayangan-tanyangan hebat menurut bocah tengik yang tidak pernah mandi sore sehabis bermain sepakbola hingga adzan magrib berkumandang.

Senang sekali rasanya, walaupun harus menyempatkan untuk mengulang cerita-cerita awal perkuliahan yang sudah pasti telah ku khatami sebelumnya. Senang sekali rasanya, ketika project-project yang dulu kubayangkan perlahan namun pasti mulai menemui titik mulainya. Dan senang sekali juga telah menemukan seseorang yang entahlah tidak berharap untuk berjodoh namun biarlah jodoh menjadi skenario-Nya saja. Mengetahui misi-misinya bersinggungan dan sejalan dengan misi-misiku, kuputuskan untuk mendekatinya sebagai seorang sahabat saja. Demi keberlangsungan bersama, orang-orang diluar sana.

Tapi apalah diriku yang masih sempoyongan untuk menakhlukkan iblis subuh yang susah minta ampun dikalahkan, di saat dirinya telah berhasil menghapalkan beberapa chapter dari buku suci Sang Maha Penakhluk. Apalah diriku yang masih tergoda oleh suara-suara kursor yang terus tertekan untuk meng-scroll-down tampilan pada browser Chrome yang kugunakan, disaat dirinya telah memulai menari memainkan jemarinya untuk bercerita panjang lebar mengenai kebaikan kepada orang banyak.
Namun apakah aku akan memulai merubah yang harusnya ku ubah? Memulai yang harusnya kumulai? Serta melanjutkan yang harusnya kulanjutkan?

--Hanya sebuah tarian pendek yang mengalir begitu saja didepan layar disuatu siang yang mengantukkan.--

Minggu, 02 Oktober 2016

Week 1 Mid-Term

Jemariku meliuk-liuk indah, menekan saja tuts ala kadarnya dengan suasana hati entah gembira atau tidak karuan melihat berantakannya istanaku, sebuah kamar berjuta mimpi dan semoga bukan sekedar namun dapat terwujud walau entah kapan itu. Buku-buku yang semingguan ini menemaniku, lembar per lembar eksamplar demi eksamplar ku ganti menemani bergantinya hari masih berserakan disetiap sudut. Kartu ujian yang menyisakan tiga kolom tanda tangan pengawas setia terbuka begitu saja disamping globe yang kubeli sebagai pengganti atlas.

Coretan-coretan dan desain-desain saksi sejarah diriku terhadap masa depan terpampang sangat perkasa di dinding-dinding beralaskan kertas berukuran A1 yang kubeli di sebuah supermarket termurah dan terlaris di Kota Pelajar. Tumpukan kertas-kertas itu, entah hadiah dari sebuah acara yang berisikan coteran-coretan printer bertuliskan rangkaian acara dan teknisnya serta hasil salinan mesin fotokopi tentang catatan-catatan selama paruh semesterku di kampus tercinta.

Galon dan dispenser yang kosong melompong karena kemalasan si empunya (diriku) untuk membersihkannya dengan alasan berjamurnya mesin-mesin di dalamnya. Samurai peninggalan seorang yang telah lebih dahulu meninggalkan juniornya teronggok gagah di sudut tembok yang warnanya mulai berubah karena resapan air yang entah dari mana datangnya. Pakaian kotorku selama seminggu lupa ku masukkan ke ibu laundry langganan, juga kaleng-kaleng parfum dan deodoran yang mulai berteriak minta dibelikan baru.

Haha tak lupa juga bergantungan di lemari bongkahan pakaianku sekantong sarimie isi 2 yang kubeli untuk persiapan akhir bulan namun tak pernah tersentuh karena kambuhnya lambungku setelah memakan mentah salah satu dari mereka minggu lalu.

Mengerikan...
Begitulah berantakannya kamarku detik ini. Mungkin itu yang membuatku merasa malas untuk melakukan aktivitas entah untuk keluar ruangan apalagi didalam ruangan. Buku yang baru saja kubaca itu berjudul -Cemburu itu peluru- yang berisikan kumpulan fiksi-fiksi mini dari beberapa penulis yang aktif di komunitas @fiksimini berhasil kuselesaikan dalam waktu beberapa jam saja.

Entahlah, apa yang ingin kutuliskan dalam kesempatan kali ini. Mungkin perjalananku selama seminggu ini yang terbaring saja di kamar karena lambung yang merontah-rontah tak kuat ditemani beberapa Power Point materi yang akan ditampilkan dalam soal Ujian Tengah Semester. Minggu pertama setidaknya sehari dapat bertemu dengan satu mata ujian dan tersisa esok senin, rabu dan kamis yang harus dituntaskan sebelum melanjutkan paruh semester selanjutnya.

Cepat saja berlalu senin hingga sabtu kemarin, seolah-olah tak ada yang terjadi namun nyata memang tak ada yang spesial. Oya, Jumat, kuceritakan saja yang ingin kuceritakan di hari jumat plus kutambahi dengan hari sabtu kemarin.

---

Jumat dan sabtu kemarin memang jadwalku untuk tidak berada di kamar. Jumat, setalah frustasi dengan soal ujian Biogeografi kemudian dilanjutkan dengan sholat Jumat, siang itu ada kumpul (katanya) perdana Angkatan GEL 16. GEL adalah singkatan dari Geografi Lingkungan dan 16 berarti angkatanku yang baru yaitu 2016. Setelah menyantap konro yang dibuat oleh bapak dari salah satu penghuni asrama yang sedang berkunjung, segera saja kubergegas mandi kemudian berangkat menuju RoofTop Gedung D Fakultas Geografi untuk memulai gathering

Betul saja, gethering itu harusnya diisi dengan kerangkulan bersama antar angkatan yang akan menghabiskan waktu beberapa tahun bersama dan mungkin beberapa ada yang akan menghabiskan waktu seumur hidup. Namun di siang yang sangat panas itu -tentu saja sangat panas dilantai teratas gedung tanpa atap jam 2 siang, bayangkan- seorang yang kata temanku sangat Bossy seolah-olah bertingkah sebagai ketua angkatan dan berlagak harus dituruti seakan-akan dia kakak tingkat. Padahal secara formal dan non-formal balum ada struktur yang menasbihkan siapa yang akan menjadi pemimpin didalam angkatan GEL 16. Terlebih tingkahnya yang berlagak harus dituruti seperti kakak tingkat, namun nyatanya ada lebih dari satu atau dua orang yang memang lebih harus dianggap kating walaupun tentu saja mereka tidak ingin dianggap sebagai yang lebih tua dan tak harus disegani berlebih. 

Walaupun seiring berjalannya waktu dan berbagai hal yang telah banyak kutemui sebelum-sebelumnya, kutau itu tabiatnya dan sudah merupakan pembawaannya dan mungkin sulit untuk dirubah maka aku sedikit menurunkan ego dan percaya saja untuk momen kemarin kepadanya. Namun bukan aku saja, kawan-kawan yang lain juga tidak suka dengan tabiatnya, dan lebih parah lagi katingpun tidak terlalu suka dengannya.

Sudahlah, lupakan saja masalah dia. Toh dia hidup untuk dirinya sendiri. Intervensi terjadi jika hanya jika dia berperan lebih terhadap teman-teman dan angkatan namun masih memakai wataknya yang sekarang, ingin dituruti tanpa merangkul.

Setelah selesai berpanas-panasan dan saling bertukaran tanda tangan serta foto, kukebut motorku menuju sebuah sekre tempat paguyuban daerahku bermukim. Sore itu ada wawancara untuk teman-teman angkatan 2016 Sulsel untuk menjadi panitia acara yang mereka sebut GAMAPA 2017. Aku tidak terburu-buru karena ingin diwawancarai, alih-alih mendaftar sebagai panitia aku malah dikejutkan karena diberi kabar menjadi salah satu Steering Comitee tahun ini setelah tahun lalu berjuang sebagai Wakil Ketua yang memperoleh piagam bertuliskan panitia tanpa ada kata wakil ketua atau apapun itu yang membedakan kerja kerasku dan kerja keras yang lainnya.

Alasanku untuk kesana tidak lain hanya ingin kembali bertemu teman angkatan baruku yang hampir sebulan tidak berkumpul, walaupun tentu saja jika ngumpul hanya dengan orang-orang yang itu-itu saja. Namun kami menghabiskan malam itu dengan makan bersama di warung makan kesukaanku, yang jika kalian pembaca setiaku sedang berkunjung ke Jogja pasti akan kubawa kesitu, Spesial Sambel.

Setelah mengantarkan salah satu teman wanita, kuhabiskan buku Perempuan Merah Putih yang bercerita tentang perjuangan wanita yang tidak bisa dikatakan muda lagi tapi semangatnya sangat membara untuk menaklukkan puncak Elbrus di Rusia sebagai puncak tertinggi Eropa.

Dengan mimpiku yang terbayang-bayang akan puncak-puncak tertinggi di dunia, aku kembali ke asrama dan tidur untuk melanjutkan hari esok untuk bersama teman yang berbeda lagi.

---

Hari sabtu kemarin, setelah menunggu dan tidak ada kabar dari sesi pemotretan kelompok Ekskursi maka kuputuskan untuk ikut bersama UKESMA DD 30 untuk survey lokasi yang akan dijadikan tempat pelantikan anggota baru. Setelah beberapa minggu tidak menyentuh kamera second yang kubeli dari temanku, akhirnya kubawa kamera itu untuk hunting foto di daerah Wisata Kelor Agrowisata tempat kami di plotting sebagai salah satu tujuan dari beberapa tempat yang dilakukan survey. Awalnya nama daerah Kelor yang harusnya kami datangi bernama Kenchor pada kertas hasil plotting. Setelah lama menunggu dan berdiskusi di pasar sambil membeli jajanan, akhirnya kami mengambil keputusan bahwa tidak ada yang namanya Kenchor melainkan Kelor.

Pasar

Permainan di Agrowisata

Setalah bertanya kesana kemari dan berkeliling melihat keadaan sekitar daerah calon lokasi, akhirnya kami pulang dan singgah untuk makan siang (kembali) di Spesial Sambel di daerah Palagan. Kami memesan paket hemat dan hanya menghabiskan 10.000 untuk makan siang yang mengenyangkan. Setelah makan siang kukebut dengan cepat motor yang kugunakan karena gerimis mulai turun sedikit-demi-sedikit.



Hemat dan sehat dengan arti putih


Paket Hemat



Setelah beristirahat tidut siang di Unit (nama lain sekre untuk UKESMA), kami melanjutkan perjalanan ke rumah Mas Restra untuk menghabiskan isi kulkas dirumahnya. Terang saja, semua makanan yang dimasak habis tak bersisa. Teman-temanku mengataiku hanya makan-tidur-boker saja saking tidak ada kerjaan yang bisa aku bantu karena semua kerjaan memang sudah dikerjakan. Hm, perbaikan gizi akhir bulan malam itu kami tutup dengan bermain kartu dan sebagai hukuman yang kalah akan dipakaikan gincu, hm.

Susu

Kalah main kartu

Waduh, setelah serangkain kata pembukaku di awal yang begitu panjang akhirnya aku bingung harus menulis apa lagi sebagai akir dari cerita. Namun cukupkan saja apa yang harusnya tidak aku tulis, dan demikian sampai disini dulu.

Selamat Bersenang-senang dengan sisa ujian kedepan.