Kamis, 10 November 2016

Kepala Dua, Lalu Apa?

Sejak kemarin, ada yang berbeda di pundaknya. Tepat 20 tahun yang lalu, disuatu rumah sakit lama yang tanahnya sekarang telah beralih fungsi. Tepat ketika adzan subuh berkumandang. Seorang bayi yang belum punya kekuatan, hanya bisa menangis ketika di telinganya di dengarkan suara adzan oleh ayahandanya tercinta. Ibunya subuh itu terharu setelah menunggu sekian lama akhirnya mempunyai anak lelaki. Anak lelaki yang cengeng kelak ketika dewasa.

Selain cengeng, juga belum mampu mengekspresikan dirinya. Yang ada cuman diam, marah, atau menangis.

Buktinya 20 tahun sejak terlahirkan, ketika teman-teman barunya memberikannya kejutan yang tidak mengejutkan, dia bungkam, Tidak tahu harus bersikap bagaimana. Sepertinya minta maaf darinya masih mengalir hingga sekarang, coba kita lihat alasan mengapa bungkam adalah ekspresi yang dikeluarkannya.

---

Di kartu keluarga, nama lengkapku AHMAD FIKRI. Namun sejak bayi entah siapa yang pertama kali memanggilku dengan IKKI. Nama yang hingga sekarang masih kugunakan dengan bangga. Dari SD hingga kuliah, hanya di masa-masa SMA aku lebih sering dipanggil dengan nama Fikri. Apalagi kalau dipanggil oleh adik kelas, tambahan kata mas bakalan bersarang di depan namaku, Mas Fikri.

Masa SMA, di sebuah desa kecil bernama Gemolong. Tiga tahun kurayakan umurku disana.

-8 November 2011-
Ulangtahunku yang ke 15 tahun, ketika itu tahun 2011. Tahun pertamaku meninggalkan rumah, merantau ke wilayah antah berantah. Surprise, kejutan dari teman-teman kelas dan Pak Emre Wali kelas kami selama tiga tahun membuatkanku sepiring gede kue yang kami puas menghabiskannya. Ditambah sebuah baju Barcelona, tim andalangue, yang ngepress jika dipakai memperlihatkan buncitnya perutku. Dan kabar gembira selanjutnya yaitu pengumuman terkait keberangkatanku menuju Olimpiad Camp antar sekolah-sekolah PASIAD di SMA Kharisma Bangsa, Tangerang Selatan. Semua itu adalah awal dari karierku dalam dunia olimpiade semasa SMA. Cukup membanggakan, setelah 15 tahun terlahir ke dunia.

-8 November 2012-
Tahun berikutnya, tidak ada yang spesial dari tanggal itu. Aku ingat bulan November tahun itu cukup menyenangkan karena diawal bulan sekelas kami berangkat ke Tawangmangu, ke berbagai spot wisata yang menarik seperti Danau Sarangan, Air Terjun (lupa namanya), terus main permainan tradisional sebelum memasak daging yang terenak yang pernah kumakan. Daging sisa Idul Adha yang entah sudah berapa bulan di frezeer dapur asrama, namun kami olah dengan bumbu Turki yang super menyengar rasanya, dengan bahan bakar kayu yang kami ambil dari hutan. Enak sekali

abaikan model, yummy dagingnya enak (*1)

Air terjun (lupa namanya) (*2)

Sehari setelah itu, ulangtahun pembina kami, Mukon abi, tanggal 2 November. Kami perankan adegan berkelahi untuk mengundangnya marah, dan setelah ketahuan akhirnya kami melemparkannya dengan tepung dan air sabun pakaian. Kami habiskan malam itu dengan bergembira dan suka cita. Minggu depannya, tepat 8 November 2012 tidak ada yang spesial buatku, palingan ulah jahat Rizky dkk mematikan lampu kelas kemudian mengejarku lalu mengotori mukaku dengan limbah penghapus papan tulis spidol. Perjalananku di dunia menginjak 16 tahun.

Ultah Mukon Abi (*3)

-8 November 2013-
Di tahun 2013, tahun terakhirku di SMA. Bertepatan dengan 17 tahunku, yang kata orang harusnya angka yang istimewa. Tapi tidak begitu istimewa denganku. 

Mungkin cerita mengecewakan bermula dari sini, dimana tahun-tahun berikutnya menimbulkan rasa sensitifku terhadap ulang tahun

Di titik dimana aku menginjak angka 17, tidak ada satupun dari teman-temanku (palingan 1-2 orang sih) yang mengingatku. Aku terlupakan karena waktu itu tertutupi oleh eforia mengerjai kembali Mukon Abi yang perayaannya diundur hampir seminggu, yang bertepatan dengan hariku, tahun ke 17 ku.

Teman-teman kelasku fokus ingin kembali mengerjai Mukon Abi. Awalnya Mukon Abi malah mengira malam itu teman-temanku ingin mengerjaiku, malam dimana umurku 17 tahun. Mukon Abi sempat menyalamiku dan mengucapkan selamat. Ucapannya tidak terlalu besar, sehingga teman-temanku tidak terlalu mendengar ucapannya. Pesta malam itu, mengeroyoki Mukon Abi berlanjut tanpa ku karena kupikir lebih baik kembali ke kamar menyendiri adalah hal terbaik bagiku. Tidak ada yang spesial ketika hari dimana umurku menginjak 17 tahun. Sama sekali tidak ada.

-8 November 2014-
Dua tahun yang lalu, di tahun 2014 ketika KTM ku belum berganti dan masih tertulis jurusan teknik kimia, umurku menginjak 18 tahun. Sensitifitasku mengenai ulangtahun bertambah, agak remeh temeh mungkin tapi bagiku sangat berpengaruh. Komandan Tingkat ku di Teknik Kimia 2014 terlalu cepat 4 hari, 4 November, memberikanku ucapan ulangtahun di grup line angkatan kami. Tentu saja grup menjadi heboh, diakhiri dengan ucapan minta maaf karena kesalahannya. Ketika tanggal 8 November 2014, bertepatan dengan malam inagurasi penyambutan angkatan kami. Tidak ada yang spesial, hanya ucapan selamat dari kawan yang sempat ku suka, yang kemudian di semester selanjutnya menjadi partner praktikumku. Umurku menginjak 18 tahun malam itu. 

Beberapa hari setelah itu, aku di asrama mahasiswa pogung baru f24a aku dijahili dengan disembunyikannya tablet kesayanganku. Aku tahu bahwa aku pasti dijahili. Aku sudah cukup sensitif dengan 2 tahun perayaanku yang tidak mengenakkan. Kukatakan pada teman-teman asrama (kebanyakan senior) bahwa tolong segera kembali sebelum jiwa monsterku kembali lagi. Sikap cepat emosiku sudah lama sekali kulupakan, aku takut di hari itu keluar lagi. Aku tidak suka dijahili. Keesokan harinya tablet ku kembali, entah siapa yang mengembalikannya. Sensitifitasku terhadap ulang tahun bertambah.

-8 November 2015-
Selanjutnya kala itu bertepatan dengan Makrab HIMAGAMA SULSEL 2016, ulangtahunku yang ke 19 tahun. Akhirnya ceritanya aku diceburkan ke kolam yang warnanya telah menjadi hijau, saking bau nya entahlah definisi apa yang dapat kuberikan tentang kolam itu. Tidak ada yang spesial selain itu, di hari itu ketika usiaku menginjak 19 tahun.

Bertepatan dengan Makrab 2015



---

Umurnya 20 tahun sejak tanggal 8 November 2016. Ia tidak berharap diberikan apapun oleh kalian, namun terima kasih sudah ingin menyempatkan hadir merayakan dan memberikannya rasa bahagia walaupun harusnya kalian mengerjakan tugas kalian masing-masing yang tentu saja menumpuk di meja belajar kalian. Muka cemberut datarnya kemarin adalah bentuk kebahagiannya, yang tidak dapat terekspresikan di hadapan kalian. 

Terima Kasih semuanya

Sekali lagi maaf, karena ekspresi yang tidak menunjukkan kebahagiaan hari itu, karena dipikirannya  ada beban. Bahwa umurnya menginjak kepala dua, lalu setelah itu apa yang harus dia perbuat lagi?


Sumber gambar:
*1-3 diambil dari album facebook Bagus Setyawan

Selasa, 08 November 2016

Tentang Hari Itu Dikala Pertama Kalinya Kulihat Matamu

Tidak akan kulupakan hari itu, hari dimana kulihat wajahmu secara nyata, bukan lewat dunia maya. Kelak akan kuceritakan kepada anakmu dan semoga juga anakku, tentang hari itu dikala pertama kalinya kulihat matamu.  

---

Salah satu perusahaan multimedia menggelar roadshow ke kampusku kala itu. Kuberitahu dia, yang berkuliah dikampus sebelah, tentang acara tersebut. Kami tak dapat janjian bertemu langsung sebab pukul 7 pagi aku ada kelas Geografi Manusia, terpaksa kami janjian bertemu di dalam gedung. Berulang kali kuperhatikan batang jam hape kamoniketer (Komunikasi dan Senter) ku. Ibu Dosen GeoMan yang sangat baik itu menjelaskan dengan sangat pelan dan lembut, sulit dimengerti teman-teman lain. Lama sekali rasanya kuliahku pagi itu selesai, mulutku buka-tutup mulai menguap karena kantuk.

Akhirnya kelas selesai. Kukebut langkahku agar tidak ketahuan teman kelasku yang rajin sekali mengajak mengerjakan tugas kelompok, tugas yang paling malas ku kerjakan. Kuputuskan berjalan kaki karena gedung tempat acara berlangsung tidak terlalu jauh. Sambil melangkah cepat melewati gedung-gedung berarsitek indah, kuhubungi dia dan menanyakan posisinya saat itu. Dia sudah berada di dalam gedung dan mendapatkan jejeran bangku terdepan di sayap timur. Kutanyakan apakah masih ada bangku kosong namun tentu saja jawabannya, tak ada lagi.

Setelah berkutat dengan panitia di pintu masuk mengenai administrasi acara, didalam gedung mulai kusisir penglihatanku agar dapat menemukannya diantara pengunjung yang penuh dijejeran terdepan. Tidak kulihat batang hidungnya hingga kuputuskan untuk mengambil tempat duduk yang masih tersedia dibagian belakang. Kuhubungi dia lagi ketika lagu Indonesia Raya dan Mars kampusku dinyanyikan semua peserta. Itu dia. Sepertinya wanita yang berpakaian loreng zebra adalah dia. Kutanyakan bahwa dia pasti berada di bangku kedua dari ujung kiri. Benar sekali tebakanku. Lanjut kukatakan bahwa posisiku berada di jarum jam 8 dari tempatnya duduk. Dia tidak mendapatkanku, katanya ketika memberitahuku lewat hape.

Sesi pertama bersama Menteri Luar Negeri Ibu Retno Marsudi selesai, dan dilanjutkan dengan sesi sharing mengenai jurnalistik, tentang bagaimana menjadi seorang jurnalis. Katanya, seorang jurnalis harus menangkap semua informasi yang diberikan oleh narasumber. Pembicara kemudian bertanya kepada peserta untuk menguji. Pertanyaannya mengenai di negara mana saja Ibu MenLu pernah menjadi Duta Besar?

Tanpa pikir panjang, entah mengapa tanganku tiba-tiba teracung sendiri. Batinku daritadi bertanya kapan tempat duduk disamping wanita itu kosong agar aku dapat maju kedepan kemudian menyapanya secara langsung untuk pertama kali. Kesadaranku kembali ketika panitia membawakanku sebuah mic agar dapat menjawab pertanyaan yang kuangkat tangani. 

Aku bingung, kenapa dengan bodohnya aku mengangkat tangan? Padahal aku tidak tahu apa jawabannya. Mukaku ditampilkan dilayar besar panggung yang dapat dilihat oleh seluruh peserta di dalam gedung. Kupandangi wanita itu, kulihat dia menoleh kearahku sambil tersenyum dan untuk pertama kalinya pandangan kami bertemu. 

Aku bersyukur karena kebodohanku mengantarkan adu pandang pertama kami, walaupun disisi lain membuatku malu ditatap ribuan pasang mata yang menertawakan kekonyolanku setelah menjawab ala kadarnya serta sedikit tersinggung dikatai oleh pemateri bahwa aku tidak berbakat menjadi seorang jurnalis. Tidak kupikirkan lebih lama mengenai rasa maluku dan perkataan itu, toh sesuatu yang kutunggu dari tadi akhirnya terjadi. Menatap sebuah mata yang semoga akan menemaniku kelak di hari tua.

---

Aku bergoyang-goyang diatas bangku kuliah, kemudian tersadar bahwa hanya aku dan teman yang membangunkanku yang berada di dalam kelas. Kutanyai dia mengenai apa yang terjadi. Dia hanya menjawab "Tidurmu di kelas Geografi Manusia terlalu nyenyak". Hm ternyata hanya mimpi yaALLAH. Ternyata hanya sebuah narasi angan-angan!

            


Sumber gambar: 
http://cdn1-a.production.images.static6.com/gPGTPrH3g05w0M50BTv0HnEEheo=/640x355/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1394053/original/042868500_1478161250-20161102AB_EGTC_01.jpg