Senin, 17 Oktober 2016

Aneh, Belum Tengah Malam

Diiringi lantunan ayat suci yang berkumandang dar speaker tua menara mesjid di pinggiran Sleman, mulai ku menulis lagi, walaupun kutau pastinya setelah adzan berkumandang kutinggalkan tulisan ini untuk menyeru kepada panggilan-Nya. Maha Suci Engkau, yang membolak-balikkan hati manusia.

---


https://www.youtube.com/watch?v=2ep_5iOgtC0


Inilah Rumah Ibu
Inilah Rumah Kita 

Dengan segala keindahan untuk kita nikmati
Dengan segala kekurangan untuk kita perbaiki
Kita bisa pergi ke kota dan tinggal disana
Tapi sampai kapanpun

Kita akan tahu
Bahwa ada tempat dimana kita bisa pulang
Tempat dimana kita bisa diterima

Itu penggalan kalimat dari sebuah iklan AQUA yang sedang mengkampanyekan #TemukanIndonesiamu. Iklan diatas merupakan salah satu iklan dari beberapa kumpulan video pendek yang diciptakan pemuda kreatif bangsa. Video tersebut berlatarkan kampung Geo-wisata Rammang-Rammang di pedalaman Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Dengan memperlihatkan suasana kesunyian dan panorama yang tak terkalahkan ditambah narasi yang kuat tentang tempat dimana kita tinggal dan kembali, sang sutradara berhasil menggetarkan hati siapapun yang menontonnya. Terlebih lagi mereka yang berasal dari daerah Sulawesi Selatan yang langsung mengerti percakapan yang digunakan dalam video.

---

Pukul 23.16 malam ini kulanjutkan ceritaku setelah kutinggalkan tulisan diatas untuk sholat magrib, makan malam, sholat isya, sedikit mengaji dan menyelesaikan laporan praktikum yang dikumpul esok hari. Setelah mengeprint laporan ditemani sepiring indomie kakak asrama yang ditinggal karena tugas akhir, dan sisa-sisa martabak yang kubagi berdua dengan kakak asrama yang lain, kulanjutkan cerita ini.

Sepertinya harapan ikut PKM-K harus ku kubur tahun ini. Kemalas-malasan mereka terutama kemalasanku membuat rasa pesimis begitu saja memekar. PKM sebenarnya hanya menjadi alasanku agar dapat pulang ke Makassar karena PIMNAS 2017 kabarnya akan diadakan di Makassar, entah universitas mana. Alasan agar melanggar janjiku untuk tidak kembali sebelum ijazah berada ditangan.

Mengenai janji itu, telah kuputuskan sebelumnya bahwa aku berniat untuk tidak pulang ke kampung halaman sebelum menyelesaikan kuliahku. Namun diriku juga sering berfikir, namun untuk beberapa alasan bolehkah aku pulang? Kurasa pilihanku hanya menghabiskan liburan dengan sesuatu yang berguna. Seperti belajar bahasa inggris di kampung Inggris-Pare, Kediri. Atau tidak jika aku pulang setidaknya untuk sesuatu yang berguna seperti belajar banyak hal bersama kak Rahmat dan kak Dedy yang aktif dibidang kerelawanan pendidikan dan adventuring.

Setidaknya jikalau diijinkan untuk KKN di daerah Sulawesi Selatan, harusnya kuambil saja tawaran itu karena mengabdi untuk daerah sendiri adalah seuah kewajiban ditambah belajar kembali bahasa daerah asal yang lebih dari 5 tahun terlupakan dikarenakan jarak yang memisahkan.

Sebenarnya logika dan tekadku terus bertarung memikirkan siapa yang harus dipertahankan. Apakah prinsip untuk tidak kembali sebelum lulus harus dipegang erat tanpa pengecualian, ataukah logika pikirku yang mengatakan untuk mengabdi setiap kali ada kesempatan untuk mengabdi ke daerah asal? Entahlah, seiring berjalannya waktu harusnya akan ada yang mengalah.

"Pulang tonjeki itu pasti nanti"

Itulah kata-kata nyinyir dari seorang tak berperasaan yang tidak memiliki hati. Betapa dia tidak tahu gejolak yang sedang terjadi namun dengan mudahnya menyimpulkan suatu hal. Ya, kadang gegara pernyataan tersebut prinsipku semakin menggebu ingin membuktikan kepadanya bahwa lelaki harus berprinsip.

--- 

Kupandangi perut buncitku yang kenyang karena camilan tengah malam. Kata-kataku yang keluar dahulu tentang pasti kelak juga kembali kurus belum menemui kenyataan. Wacana saja setiap sore atau pagi untuk pergi jogging ataukah sabtu-minggu pagi berangkat berenang. Nyatanya tak sekalipun sudah.

Setelah kupandangi seluruh agenda di kamarku, aku hanya baru merampungkan sekian persen dari proyek perpustakaan ku dan belum memulai berbagai proyek lain seperti video, rompi bahkan target membaca buku-buku tebal bahan kulaihpun belum ku mulai. Belasan buku hasil hunting bukuku di gramedia gudang belum kubuka. 

Dengan sisa-sisa uang yang harus irit-irit ku atur agar tidak segera habis, kucoba mondar-mandir atm siapa tau ada rejeki dari om atau tanteku yang biasa mengirimkan uang namun ternyata nominal yang tampil hanya menunjukkan angka itu-itu saja bahkan terus berkurang setiap 3 hari karena terpaksanya ditarik untuk mengganjal gantong perut yang terus berbunyi.

---

Haha, kembali ke masalah asrama, eh asmara, Kuputuskan untuk berhenti berspekulasi aneh yang sepertinya tidak harus dengan cepat kutahu, Berkaca dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, waktu akan sangat tepat sebagai teman menunggu yang sabar. Tanpa memaksakan, tanpa berhenti berharap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar