Senin, 20 Maret 2017

Sebuah Prolog

PROLOG

            Adalah kisahku, kisah yang menuntunku untuk berada pada titik-titik yang kemudian kugaris sebagai garis semu sebuah perjalanan. Adalah kisahku seorang anak manja yang terpukau akan hebatnya alam raya yang Tuhan ciptakan begitu teratur. Adalah kisahku, tentang keluarga yang harus berjuang untuk terus bermimpi dan mengejar mimpi-mimpinya dengan segala keterbatasan. Adalah kisahku kisah sebuah perjalanan yang tidak mudah diraih. Adalah kisahku tentang cinta yang akan kuhadirkan mencolok dalam karangan ini.
---
            Nama saya IKKI, begitulah orang-orang di sekitar saya memanggil. Nama IKKI terlahir ketika kakek saya memplesetkan nama asli FIKRI (dari bahasa Arab: Fiqr) menjadi pIKKIli’ (bahasa Makassar: Pikkiri’) yang artinya sama: “berfikir”. Cerita itupun saya dengar hanya dari cerita-cerita ibu dan tante saya, berhubung kakek saya menghembuskan nafas terakhir ketika saya masih belum bisa mengingat apa-apa. #RinduKakek
            Saya berasal dari daerah Sulawesi Selatan (Sulsel), tepatnya di Kabupaten Pangkep yang merupakan singkatan dari Pangkajene dan Kepulauan. Silahkan cari di Google mengenai daerahku. Makanya dalam karangan di bagian ini saya memulai bercerita menggunakan kata ganti “saya” karena dibagian ini saya akan bercerita tentang masa-masa kecil saya yang memang di Sulsel, dimana semua orang menggunakan kata ganti “saya” dan tidak berani berkata “aku” karena akan dianggap sebagai anak yang alay.
            Tidak salah orangtua saya memberi nama asli AHMAD FIKRI yang mereka artikan sebagai “ahli fikir”. Tidak bermaksud menyombongkan diri namun realitanya berkat do’a-do’a yang terus berkumandang sebagai nama yang melekat pada diri saya, saya dianugerahi kemampuan berfikir sedikit lebih baik. Memang belum pernah memperoleh predikat terbaik, namun peringkat 5 besar selalu saya raih semasa SD bahkan memperoleh peringkat 3 diakhir masa kelas 6 SD.
            Begitupun di SMP, peringkat 1 saya boyong dengan begitu gampang saat kelas 7 di SMPN 2 Pangkajene. Namun, kenapa bisa peringkat saya jatuh ketika naik kelas 8? Saya rasa usia yang sedang nakal-nakalnya menanggapi rasa cinta, ditambah keikutsertaan dalam ekstrakurikuler Pramuka plus rasa-rasa cinta monyet yang mulai menghantui anak-anak labil seperti saya.
            Kaget ketika melihat cinta (monyet) pertama, teman SD yang awalnya melanjutkan SMP di Kota Yogyakarta kemudian berada di SMP saya karena dia pindah sekolah kembali. Bertingkah tidak sehat ketika ada teman cewek yang meminta nomor telepon padahal saat itu saya belum punya HP namun ternyata beberapa minggu kemudian teman cewek itu malah pacaran dengan sahabat saya hingga akhirnya saya membuat fake-facebook yang mengatasnamakan hubungan mereka. Kemudian kembali di-tikung oleh sahabat seperjuangan di Pramuka saat sedang menyukai senior cewek dalam organisasi yang sama.
Atau tentang friendzone bersama teman yang rumahnya sangat dekat dengan rumah saya sehingga rumahnya menjadi jalur wajib yang harus saya lewati dalam menemani program peng-kurusan badan apalagi sudah mendapat izin dari adeknya sendiri bahwa saya cocok dengan kakaknya. Dan akhirnya cinta (juga monyet) yang saya akhiri dengan sembunyi-sembunyi menyukai adek teman baik saya semasa persiapan menghadapi Ujian Nasional.
            Sekelumit cinta-cinta yang tidak jelas pasti menghantui setiap insan muda di dunia ini. Namun pengalaman-pengalaman yang pernah saya lalui ternyata tidak serta merta berpengaruh terhadap beberapa kisah cinta selanjutnya.  

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar