Selasa, 08 Mei 2018

Tentang ke-SUKA-RELA-wan-an

“Semua harus berawal dari SUKA dulu, bila sudah suka maka RELA itu akan mengikuti.” 
-Anonim-

Tanpa disadari bahwa kerelaan yang dialami seorang mahasiswa sudah terjadi dari awal perjalanan nya. Di sisi timur negeri, mahasiswa pendatang baru harus ‘rela’ di gertak dengan keras bahkan dilecehkan baik fisik maupun mentalnya oleh gerombolan senior tak beradap. Disisi lain negeri, mahasiswa baru yang lebih beruntung malah dengan 'rela’ sambil berkeluh untuk diajak bernyanyi layaknya anak taman kanak-kanak. Rela diatas konteksnya pasrah terhadap apa yang seharusnya harus dilewati, tahap awal seorang mahasiswa baru.

Dalam KBBI, re·la /réla/ v  berarti 1 bersedia dengan ikhlas hati; 2 izin (persetujuan); perkenan; 3 dapat diterima dengan senang hati; 4 tidak mengharap imbalan, dengan kehendak atau kemauan sendiri.

Lalu setelah masa orientasi selesai, banyak mahasiswa mulai mencari kesibukan dengan merelakan waktu nya untuk ikut sebuah organisasi ataupun komunitas apapun bentuknya.

Mahasiswa muda biasanya mengikuti banyak kegiatan, dengan alasan ingin belajar. Merelakan waktu, walau kadang ternyata tidak disukai. Memasuki pertengahan perkuliahan, tanpa sadar kegiatan yang sesuai dengan jiwa kita ternyata telah ditemukan. Kita rela dan suka menjalani banyak aktivitas sekalipun.

Anak BEM yang rapat berjam-jam berhari-hari untuk membahas kepentingan bangsa, anak MAPALA briefing berlama-lama untuk mempersiapkan segala keperluan petualangan dengan safety, anak Marching Band yang latihannya tiap malam guna tampil sempurna di depan hadirin, segalanya naik setingkat lebih tinggi dari sekedar rela menjadi suka dan rela. Mengerjakan hal yang disukai adalah sebuah kerelaan yang hakiki.

Lalu lantas apakah semua terhenti dikata suka dan rela? Setingkat lebih tinggi lagi, kata 'dan’ harusnya dapat dihapuskan, lalu keduanya dilebur menjadi, SUKARELA.

Kata SUKARELA menurutku pribadi, seorang mahasiswa yang harusnya berada di tingkat akhir, adalah mengerjakan apa yang diri kita inginkan, yang kita sukai, kita senangi, tanpa pernah merasa lelah dan mengeluh serta dapat bermanfaat bagi orang lain. Disitulah kata SUKARELA kemudian di objekkan menjadi SUKARELAWAN.

Dalam konteks kehidupan, sukarelawan adalah mereka yang berhasil mengesampingkan hal-hal individualis demi hal yang lebih kolektif, walaupun kadang dinilai negatif. Meminjam kata-kata dari gubernur terpilih Jakarta, Anies Baswedan, bahwa:

“SUKARELAWAN, bukan karena mereka tidak bernilai, namun karena mereka tak ternilai.”

Ahmad Fikri
Di gelap malam, sunyi senyap, berhawa dingin, ditemani ribuan nyamuk fakultas teknik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar