Selasa, 08 Mei 2018

Teruntuk Seluruh Saudaraku, yang pernah menghabiskan waktu bersama (setengah mati) di Lereng Gunung Lawu!

 —

Assalamu alaikum Wr. Wb

Alay banget sih sampe nulis2 kayak gini. Tapi aku yakin akumulasi dari keraguan kalian dan keraguanku harus diutarakan disini. Ini kali kedua aku menulis sebuah surat teruntuk orang2 yang menurutku akan berpengaruh besar dalam hidup dan kehidupanku. Yang pertama yaitu tahun lalu, teruntuk kedua orang tuaku ketika aku ingin memberitahukan mereka tentang keputusanku untuk berpindah haluan.

Kedua yaitu kali ini, teruntuk kalian semua yang membesarkan mimpi2ku selama satu semester terakhir. Semoga setelah surat ini selesai, akan ada keputusan konkrit yang dapat kembali menyirami mimpi-mimpi yang pernah terucap bersama. Entah bagaiamana caranya.

 —

Saat ini kalian mungkin sedang briefing untuk persiapan pertandingan truft pada akhir pekan nanti. Maaf, aku tidak datang.

Ada berbagai alasan, pertama karena kondisiku yang masih kurang fit dan masih agak malas bertemu kalian setelah perjalanan batin sebentarku dalam Ekspedisi Atap Jawa edisi Jawa Tengah guna menenagkan diri dari kekalutan hati (eeek, apasih wkwk).

Kedua, karena dari awal memang aku sudah tidak bersemangat dengan posisiku di kepanitiaan ini. Apalagi sistem di organisasi kita yang menurutku sudah harus mulai dirubah.

Ketiga, yang pernah kusampaikan kepada Randu, bahwa umurku telah memasuki 21 tahun dan seharusnya berada dalam gerbang kuliah tahun akhir, namun nasib yang berkata lain.

Maaf, sampai sekarang aku tidak mengerti apa maksud dari permainan truft. Mungkin karena aku tidak pernah bermain, makanya aku tidak mengerti cara dan esensinya. Seperti yang kalian tahu, aku lebih senang menghabiskan waktu senggangku untuk membaca buku, tepatnya sih novel. Jadi maaf aku gak ngerti dan tidak mau mengerti bagaiamana cara memainkan kartu truft. Bukannya aku tidak mengapresiasi kalian dan maafkan karena memang kemarin2 aku tidak berada disamping kalian dalam penentuan permainan, namun sepertinya truft tidak cocok denganku karena aku tidak melihat kebermanfaatan dari kacamata yang selama ini kugunakan (untuk acara sekelas LUSTRUM). Jadi maaf, aku kurang bisa membantu banyak.

Oiya kemarin aku baru saja menuntaskan projek pribadi yang sebagian dari kalian juga ikut membantu pada beberapa perjalanan. Projek ini hadir karena harusnya tahun ini adalah tahunku untuk KKN (kuliah kerja nyata), namun terundur karena alasan yang kalian semua ketahui. Aku iri dengan teman2 angkatan lama ku yang tengah mengabdi diantah berantah. Aku juga harus melakukan sesuatu yang sedikit berguna, walaupun hingga sekarang masih belum terlihat manfaatnya karena seolah-olah hanya sekedar naik gunung, namun aku yakin suatu saat projek ini akan bermanfaat.

Selain itu, projek ini juga muncul karena aku merasa ada yang salah dengan batinku. Maaf, ini sedikit sensitif namun harus kuutarakan.

Projek ini menjadi alasanku agar dapat menjauh beberapa saat dari kalian. Mungkin sebagian kalian sudah tahu tentang kisahku dengan seorang saudara kita, serta kisah saudara kita itu dengan seorang senior. Cukup, aku tidak akan melebih-lebihkan. Namun intinya aku harus merefresh ulang pikiranku terkait mereka berdua terhadapku. Aku takut kisah kami akan mengganggu perjalanan kita kedepannya (jika aku masih ingin melanjutkan perjalanan). Tapi bolehkah aku memohon sesuatu, yang mungkin sedikit egois. Namun setiap kali kalian menyinggung atau menyindir kisah dari salah satu dari kami bertiga, aku tidak senang. Entah senior lain yang lebih dulu memancing, ataukah alumni2 yang sok tau yang memulai, namun jika kalian berkenan tolong jangan lakukan itu didepanku. TAHAN SAJA TAWA KALIAN JIKA ADA AKU, KALIAN BEBAS NGEKEK SEPUASNYA JIKA AKU SUDAH TIDAK ADA. SILAHKAN.

 —

Tentang posisiku di kepanitiaan. Sekali lagi maaf, aku tidak banyak berkontribusi, terutama bapak Koor Humas yang selalu kubuat kesusahan. Selain karena alasan menghindari kekikukanku diantara kalian semua yang selalu tertawa diatas penderitaanku, aku juga tidak terlalu senang dengan posisiku sebagai Koor SC dan anggota Humas. Sebenarnya, kerjaku sebagai Koor SC telah kulaksanakan dengan baik sebelum kepanitiaan terbentuk total. Aku datang rapat jauh disaat SC lain mungkin belum juga bangun, tapi aku mulai menghilang setelah penentuan OC kepanitian. AKU KECEWA DENGAN BERBAGAI HAL. TELAT, MOLOR.

Saat itu waktunya juga aku bertugas di organisasi sebelah. Saat menyadari kembali diberi amanah sebagai Koor Humas, aku menolak dengan sangat halus karena berbagai alasan. Alasan pertama karena memang saat itu aku tidak di tembung sama sekali jadinya tidak ada sudut pandangku dalam penentuan dimaana seharusnya posisiku. Aku tipe orang yang susah bekerja jika tidak dari hati sendiri, makanya kerjaanku selama berada di Humas, (walaupun bukan lagi sebagai koor), tetap saja mengecewakan.  Berkali-kali maaf Pak.

Selain itu, menurutku beberapa sistem di organisasi kita harus diubah. Apa kabar Rapat Anggota yang menghabiskan waktu sangat banyak? Seandainya waktu yang banyak itu juga maksimal, tidak mengapa. Tapi, seluruh waktu itu cuman dihabiskan untuk menunggu mulainya rapat yang pasti molor berjam-jam. Ataukah jalannya rapat yang sangat membosankan. Aku berkata bukan sebagai orang yang tidak menyukai rapat, namun aku selalu mengamati jalannya rapat yang sangat lambat itu. Wajar saja sih, sebagian besar dari kita hanya menghabiskan waktu di organisasi itu sehingga cukup mempersempit sudut pandang. Makanya opini-opini yang diberikan hanya berfokus dari satu-dua orang, sedangkan yang lain pasti hanya diam entah berfikir untuk setuju atau tidak, atau karena memang sedang kebingungan. Apalagi jika rapat hari itu dan besoknya didatangi oleh orang yang berbeda yang opininya tidak sempat bertemu, sehingga sesuatu yang sudah dibahas akhirnya kembali dibahas dan dengan pola yang sama, LAMA. SARANKU UNTUK RAPAT-RAPAT ANGGOTA, TOLONG MAKSIMALKAN WAKTU SEBAIK MUNGKIN. UNTUK DATANG TEPAT WAKTU, SERTA JALANNNYA RAPAT YANG JANGAN DIBUAT MEMBOSANKAN.

Toh, masa kuliah hanya 5 tahun dan kita dituntut banyak oleh kampus. Dunia perkuliahan bukan hanya tentang mapala, ada juga tuntunan non-akademik lain. Yuks, lebih sering main-main keluar fakultas.

Aku memang lebih tua dari kalian 2 tahun, dan aku sudah pernah berada diposisi kalian 2 tahun yang lalu. Kemarin baru saja aku melepas kangen dengan teman-teman lama ku yang telah menghabiskan pengabdian di beberapa tempat di negeri yang indah ini. Salah satu alasanku mengapa pindah ke geografi karena aku ingin mengelilingi negeri ini. Mengapa aku ikut mapala karena aku sangat terobsesi dengan kata Ekspedisi, makanya aku memulai solo karierku dengan projek-projek ekspedisi yang bertujuan untuk mengembara.

Satu semester ini kalian benar2 menumbuhkan mimpi2ku, tentang ekspedisi yang akan angkatan kita lakukan kelak. Tentang hal2 seru yang telah digagas bersama. Tentang perjalanan liburan untuk mendaki puncak2 gunung. Ataupun tentang ilmu geografi yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari terutama yang berhubungan dengan kepecintaalaman. Tapi sekarang aku serasa diujung tanduk. Aku pikir, hanya kalian yang dapat mencegahku. Aku manut kalian. Pikiranku terus berputar-putar, apakah harus bertahan bersama kalian dan terus membersamai kalian dengan kondisi organisasi yang seperti ini? Ataukah loncat ke organisasi lain yang lebih elit dan mapan walaupun aku juga belum tau bagaimana tampak dalam organisasi itu. Karena aku harus mengejar mimpi. Setelah ini, beritahu aku untuk memilih yang mana. Aku punya mimpi banyak bersama kalian, tapi tinggal kalian yang mau milih apakah ingin mengejar mimpi itu bersamaku ataukah tidak.

Maaf karena tulisan ini terlambat selesai, kalian mungkin belum bangun pagi ini ketika tulisan ini kukirimkan. Namun, aku menulis ini karena aku menghargai kalian sebagai saudara kandung dari Diklatsar 34 pada akhir Desember tahun lalu.

Yogyakarta, 8 Agustus 2017

AHMAD FIKRI

(alias BONGGOL)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar